Timses Andi Kecipratan

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 17 Januari 2012 - 11:14 WIB

JAKARTA (RP) - Mindo Rosalina Manulang salah satu terdakwa kasus suap Wisma Atlet SEA Games akhirnya buka-bukaan.

Dalam kesaksiannya di persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (16/1) kemarin, Rosa membeberkan sejumlah uang suap mengalir ke petinggi Partai Demokrat (PD), dan para pimpinan Banggar DPR RI.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Salah satu nama yang disebut Rosa ikut kecipratan dana Wisma Atlet adalah Tim Sukses Menpora Andi Mallarangeng, untuk kepentingan Kongres Partai Demokrat di Bandung.

Di hadapan majelis yang diketuai Darmawati Ningsing, Rosa mengaku adanya pengeluaran dari Permai Group.

Rosa tahu adanya pengeluaran itu berdasarkan catatan Yulianis, yang saat itu menjadi Wakil Direktur Keuangan Permai Group.

Pengeluaran itu jumlahnya beragam, ada Rp2 miliar, Rp3 miliar dan Rp500 juta.

‘’Kalau yang Rp500 juta kita berikan langsung ke Tim Sukses Pemenangan Andi Mallarangeng di Bandung,’’ beber Rosa.

Selain itu Rosa juga membeber tentang pengeluaran Rp20 miliar dari Permai Group pada tahun 2010. Tujuannya, untuk pelicin proyek Sport Center Hambalang dan Wisma Atlet SEA Games.

Uang Rp20 miliar itu dibagi dua, yakni Rp10 miliar untuk pelicin proyek Wisma Atlet dan Rp10 miliar untuk proyek Hambalang. Namun ternyata, Nazar hanya mendapat proyek Wisma Atlet saja melalui PT Duta Graha Indah (DGI) Tbk.

Akhirnya Nazar marah dan memerintahkan Rosa menagih Rp10 miliar yang sudah terlanjur diserahkan ke Wafid Muharam.

‘’Saya diminta menagih ke Wafid,’’ papar Rosa,

Hanya saja, uang Rp10 miliar untuk Hambalang sudah terlanjur dibagi-bagi.

‘’Pak Wafid bilang uangnya sudah untuk mengurus BPN (Badan Pertanahan Nasional) Hambalang, untuk tanah, ke saudaranya Andi Mallarangeng. Itu sudah dikasih ke Pak Choel (Zulkarnaen Mallarangeng),’’ sebut Rosa.

Tak hanya itu, Rosa juga membeberkan soal aliran dana ke anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Angelina Sondakh. Dari persidangan tersebut terungkap bahwa Angelina yang duduk di Badan

Anggaran (Banggar) DPR, getol menanyakan uang untuk meloloskan anggaran proyek di Kemenpora, termasuk proyek Wisma Atlet SEA Games dan Sport Center Hambalang. ‘’Dia (Angelina, red) bilang butuh uang untuk bisa mendapatkan anggaran tersebut,’’ kata Rosa.

Menurut Rosa, Angelina mengutus seseorang bernama Jefrie yang selanjutnya berkomunikasi dengan bagian keuangan Permai Group milik Nazaruddin.

‘’Lewat BBM (BlackBerry Messenger) dia (Angelina, red) minta. Saya harus lapor dulu ke Bapak (Nazaruddin, red) di situ (BBM, red) tidak disebutkan berapa banyak, antara Rp6-8 miliar,’’ urainya.

Lebih lanjut Rosa memastikan Angelina sudah menerima uangnya. Pencairannya dalam dua tahap, masing-masing Rp2 miliar dan Rp3 miliar.

‘’Kalau setahu saya keuangan sudah memberikan. Karena Bu Angie sudah tidak kontak saya lagi. Kalau belum dia pasti kontak lagi,’’ sebutnya. Aliran uang, kata Rosa, juga mengalir ke I Wayan Koster, anggota Banggar dari Fraksi PDI Perjuangan. ‘’Ada dolar, ada rupiah,’’ sebut Rosa.

Menurutnya, Angelina menggunakan kata sandi untuk meminta uang pelicin. Sandi yang digunakan, sebut Rosa, di antaranya ‘’apel Malang’’, ‘’apel Washington’’ dan ‘’pelumas’’. ‘’(Sandi) dari Bu Angie, biar nggak terlalu vulgar,’’ ungkapnya.

Selain itu, Rosa juga mengungkapkan tentang komisi untuk Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin dari proyek Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang yang nilai kontraknya Rp191,6 miliar. ‘’Gubernur Sumsel sudah meminta 2,5 persen,’’ kata Rosa.

Menghancurkan Demokrat

Sementara itu Ketua DPP Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika mengatakan apapun yang diungkapkan M Nazaruddin ataupun Rosa Manulang dalam kasus yang melibatkannya telah menjadi fakta persidangan.

Menurutnya, yang paling penting dari semua itu, adalah alat bukti yang terkait dengan penyataan tersebut.

‘’Yang paling penting selanjutnya adalah alat bukti. Alat bukti yang saya maksud harus sinkron dengan pernyataan itu,’’ ujar Pasek kepada wartawan, Senin (16/1), di Jakarta.

‘’Sebelumnya kan ada ancaman-ancaman yang konon dilakukan Nazaruddin terhadap dirinya (Rosa, red). Itu harus diungkap juga, jangan-jangan apa yang diungkap sekarang oleh Rosa tidak lepas merupakan efek psikologi terhadap ancaman-ancaman yang diterimanya itu,’’ kata Pasek.

‘’Rosa dipaksa membersihkan peran nazaruddin, dan mengkaitkan semuanya pada Anas Urbaningrum,’’ imbuhnya.

Terkait pernyataan Rosa bahwa apa yang dimaksudkan dengan ‘’Ketua Besar’’ dan ‘’Bos Besar’’ seperti yang terekam dalam percakapan melalui Blackberry Messenger dengan Wasekjen PD yang juga anggota Komisi X, Angelina Sondakh, adalah Anas Urbaningrum dan Mirwan Amir, Pasek menegaskan, tidak ada kebiasaan di PD memanggil Anas seperti itu.

‘’Kebiasaan menyebut ‘’Ketua Besar’’ gak pernah ada di internal PD, kami menyebut Anas dengan Ketum atau Anas saja, tidak ada menyebut Ketua Besar,’’ jelasnya.

‘’Ini bentuk rekayasa dari Nazaruddin hanya untuk mengkapitalisasi media agar menarik. Kenapa gak disebut Ketum saja, semua menyebut seperti itu,’’ tambahnya.

Ia menjelaskan lagi, Angelina Sondakh sendiri tidak pernah mengakui ada komunikasi itu melalui BBM itu. ‘’Komunikasi itu harus dibuktikan dahulu apakah benar ada atau tidak,’’ katanya.

Ia menerangkan, tidak sulit untuk merekayasa percakapan melalui BBM. ‘’Bisa saja Rosa membeli BB, dan memasukkan foto Angie, habis itu dibuat seolah Angie mengirimkan BBM kepada Rosa,’’ tegasnya.

Terakhir dirinya pun menegaskan bahwa langkah Nazaruddin sangat sistematis dan merupakan langkah untuk menghancurkan PD.

Pihak-pihak yang ingin menghancurkan PD bekerja sama dengan Nazaruddin karena tahu bahwa untuk menghancurkan SBY tidak bisa secara langsung karena rakyat pendukung SBY yang jumlahnya besar akan marah.(boy/ara/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook