PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Di tengah masa krisis akibat pandemi Covid-19, banyak sektor bisnis yang kesulitan mempertahankan usahanya hingga mengalami kerugian, bahkan gulung tikar. Namun, industri perbankan di Indonesia secara umum masih berada dalam kondisi yang cukup sehat.
Hal tersebut disampaikan Deputy Chairman MarkPlus,Inc, Taufik. Dia mengatakan, hal tersebut salah satunya terjadi karena transformasi digital. "Banyak sektor industri lain saat ini menderita, tapi perbankan masih berada dalam kondisi cukup sehat, bahkan ada yang tetap tumbuh positif. Hal ini didorong oleh transformasi digital yang banyak dilakukan oleh bank, termasuk BPD (Bank Pembangunan Daerah), walaupun resources-nya tidak sebesar BUMN," ungkap Taufik dalam webinar "Marketeers Goes to Bank : Digital Marketing Transformation in Banking Industry" yang diselenggarakan via zoom, Rabu 15 September 2021.
Hal tersebut pulalah yang diakselerasi oleh Bank BJB selama masa pandemi. Beruntung, Bank BJB telah meluncurkan berbagai platform transaksi keuangan digital sejak 2019 sehingga memudahkan bisnis untuk beradaptasi di masa krisis.
Direktur IT, Treasury & International Banking Bank BJB Rio Lanasier mencontohkan, pada 2019 Bank BJB telah meluncurkan campaign Pasar Nga-Digi yang memungkinkan masyarakat untuk berbelanja ke pasar dari rumah. Sistem pembayaran yang dilakukan memanfaatkan QRIS Bank BJB.
"Hal tersebut sudah diujicoba di beberapa pasar di Kota Bandung, oleh karenanya saat pandemi melanda, kita tinggal melakukan penyesuaian pola. Kami juga menyesuaikan fokus perusahaan untuk mendorong financial inclusion lewat digitalitasi perbankan," ungkap Rio.
Dia mengatakan, Bank BJB senantiasa belajar dari setiap kondisi krisis yang melanda, tak terkecuali pada krisis keuangan 1998 lalu. Krisis pandemi Covid-19, dia mengatakan, memberikan berkah tersembunyi dalam mempercepat transformasi digital di lini bisnis Bank BJB.
"Kami sudah siap sebelum ini tiba. Banyak penerapan inovasi digital yang telah dilakukan. Salah satu momen yang paling berpengaruh itu pada saat peluncuran transaksi non-tunai melalui QRIS Bank BJB sehingga warga bisa berbelanja secara mobile dengan e-wallet mereka. Hal ini sangat membantu performance Bank BJB pada 2020-2021," papar Rio.
Selain menerapkan inovasi digital pada berbagai produk layanan perbankan, Bank BJB juga memanfaatkan digital marketing sebagai upaya menjangkau nasabah. Dengan tingginya jumlah pemakai smartphone di Indonesia, arah pemasaran di era digital banyak mengandalkan berbagai medium yang dapat diakses melalui smartphone.
"Digital marketing itu tidak perlu rumit, tapi yang penting terpadu. Kalau untuk promosi akan berbeda penanganan ditiap-tiap segmennya dan harus diukur efektivitasnya, sedangkan di digital marketing hal tersebut bisa dikuantifikasi. Kita bisa targetkan khalayak iklan adalah mereka yang memang tertarik dan membutuhkan produk bank bjb berdasarkan behaviour mereka di internet. Jadi lebih terukur," ungkap Rio.
Perpaduan antara memaksimalkan layanan transaksi perbankan secara digital dengan pemasaran produk tersebut melalui internet, menjadikan transformasi digital Bank BJB berjalan dengan pesat. Hal ini terbukti dengan capaian fee based income Bank BJB dari transaksi digital terus bertumbuh sejak 2019 hingga saat ini. Pada Juli 2019, fee based income bank bjb mengalami pertumbuhan sebesar 29,04 persen year on year. Pertumbuhan tersebut terus meningkat sehingga mencapai lebih dari 50 persen pada pertengahan 2021 ini.(rls)
Laporan: Deni Andrian