TERIMBAS EKONOMI GLOBAL

Bank Dunia Prediksi Indonesia Tumbuh 5,1 Persen

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 16 Maret 2016 - 00:28 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 ini direvisi oleh Bank Dunia. Jika sebelumnya Bank Dunia menargetkan pertumbuhan di angka 5,3 persen, kini hanya 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebagai imbas perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Meski demikian, Indonesia masih menikmati angka pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara pengekspor komoditas lain.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi diyakini berdampak pada penurunan kemampuan penciptaan lapangan kerja. ’’Pertumbuhan kurang dari 6 persen tidak cukup untuk menampung 3 juta anak muda Indonesia yang memasuki pasar kerja setiap tahun,’’ kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A. Chaves kemarin (15/3).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dia mengakui, peningkatan belanja pemerintah untuk infrastruktur mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasar catatan Bank Dunia, investasi pemerintah mencapai 42 persen tahun lalu, tetapi tidak diikuti investasi swasta yang tumbuh di bawah harapan. Meski begitu, Bank Dunia mengingatkan bahwa pelemahan harga komoditas menimbulkan risiko bagi investasi pemerintah.

Untuk mempercepat perbaikan ekonomi, Bank Dunia berharap pemerintah Indonesia mendorong peningkatan peran investor swasta. Pemerintah juga diminta mereformasi kebijakan untuk memperbaiki iklim usaha.

Investasi sektor swasta sangat dibutuhkan karena pendapatan negara menurun akibat pendapatan minyak dan gas yang hanya 1,2 persen dari pendapatan domestik bruto. Padahal, tahun lalu kontribusi komoditas migas sebesar 13 persen terhadap PDB.

Bank Dunia mengapresiasi upaya pemerintah menjalankan reformasi kebijakan pajak, manajemen pajak, serta berinvestasi pada sistem teknologi informasi dan manajemen data. ’’Namun, dampak perubahan kebijakan ini tak terjadi dalam waktu cepat,’’ tuturnya.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menyatakan, belanja konsumen yang selama ini menopang pertumbuhan tetap tumbuh meski tidak secepat tahun-tahun sebelumnya. Sebab, harga makanan terdongkrak inflasi.

Dampak pelemahan harga komoditas juga membuat volume ekspor dan impor terus menurun. Indikasinya, pendapatan ekspor berkurang 14,4 persen dari angka 2014. Imbasnya, sektor manufaktur juga menurun 13,4 persen kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ’’Pendapatan minyak dan gas berkurang 42 persen (yoy); pendapatan batu bara 26,5 persen; dan pendapatan minyak sawit 19,3 persen,’’ papar Diop.

Karena penurunan komoditas diprediksi berlangsung lama, pemerintah Indonesia diharapkan melakukan diversifikasi ekonomi. Salah satunya memperkuat industri pariwisata yang menyediakan pekerjaan dengan gaji besar. Kendalanya, investasi pemerintah untuk sektor pariwisata tidak memadai bila dibandingkan dengan investasi untuk sektor infrastruktur. ’’Beberapa langkah tambahan mungkin dapat meyakinkan para investor dan memperkuat upaya investasi,’’ katanya.(ken/c14/noe)

Laporan: JPG

Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook