RI Perlu 64 Ribu Alat Berat

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 15 Oktober 2013 - 09:54 WIB

JAKARTA (RP) - Keperluan alat berat di Indonesia setiap tahun terus meningkat didorong kegiatan di sektor pertambangan, pertanian, dan konstruksi.

Apalagi pemerintah telah menetapkan berbagai macam proyek dalam MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Sebagai contoh, kebutuhan dozer, excavator, dump truck, crane, dan road paver diperkirakan mencapai 64 ribu unit pada 2014. Angka itu naik 13 ribu unit dibanding prediksi keperluan tahun ini (51 ribu unit). Tahun lalu kebutuhan alat berat sebanyak 38.140 unit,’’ ujar Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (BTIRBR) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Erzi Agson Gani Senin (14/10).

Menurut dia, kebijakan MP3EI turut memacu pertumbuhan alat berat untuk bidang konstruksi.

‘’Kebutuhan alat berat konstruksi diperkirakan naik seperti wheel loader. Padahal pengembangan alat ini mulai ditinggalkan beberapa prinsipal asing besar, kecuali merek Cina,’’ tambahnya. Ironisnya, industri alat berat di Indonesia belum bisa memenuhi keperluan tersebut.

Sebanyak 60 persen kebutuhan alat berat di Tanah Air masih dipasok Jepang, disusul barang impor dari Amerika Serikat (AS) dan Korea. Beberapa perusahaan asing juga akan masuk pasar Indonesia seperti Sany Group dari Cina dan Belaz dari Belarusia. ‘’Sebentar lagi mereka masuk,’’ katanya.

Kepala Subdit Industri Peralatan Pabrik, Alat Mesin Pertanian, dan Alat Berat Kementerian Perindustrian Dade Suatmadi mengungkapkan, hingga saat ini industri di Tanah Air baru sebatas mampu memproduksi beberapa jenis suku cadang alat berat.

‘’Mereka memproduksi suku cadang alat berat perusahaan asing yang sudah berada di Indonesia seperti Caterpillar, Hitachi, Sumitomo, dan Komatsu,’’ terangnya.

Alat berat yang diproduksi di Indonesia itu hingga saat ini baru memenuhi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) sekitar 40-60 persen sehingga masih perlu ditingkatkan. Karena itu, dia meminta agar peneliti Indonesia lebih banyak melakukan riset tentang alat berat.

‘’Apapun hasilnya akan disambut baik oleh pemerintah, nanti bisa dipakai oleh BUMN (badan usaha milik negara),’’ tuturnya.

Saat ini Indonesia hanya memiliki tenaga dan keahlian saja untuk pengembangan industri alat berat. Dengan begitu alat berat yang cocok diproduksi negara ini adalah berbeban kurang dari 30 ton.

‘’Kalau di atas 70 ton sampai 200 ton diserahkan ke negara-negara maju, karena kita sulit bersaing, dari segi teknologi itu membutuhkan investasi yang besar,’’ jelasnya.(wir/oki/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook