Neneng Pakai Nama Palsu

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 14 Juni 2012 - 09:34 WIB

Laporan M FATHRA NAZRUL ISLAM dan JPNN, Jakarta

Pelarian tersangka kasus korupsi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Neneng Sri Wahyuni berakhir sudah.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Istri Muhammad Nazaruddin yang selama ini bersembunyi di Malaysia, Rabu (12/6), nekat pulang menggunakan jalur tikus via Batam hingga akhirnya tertangkap di rumahnya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, sekitar pukul 15.30 WIB.

‘’Tanpa ada perlawanan karena di rumah itu Neneng hanya bersama dua orang. Yakni perempuan yang diduga merupakan pengawal dia sejak berada di Malaysia dan seorang pembantu rumah tangga. Dia bersama orang perempuan itu lantas ditangkap dan dibawa ke KPK. Dia benar-benar ditangkap di rumahnya di Pejaten,’’ kata Ketua KPK Abraham Samad di kantornya kemarin.  

Sekitar pukul 17.00 WIB, Neneng yang digiring para petugas akhirnya tiba di Gedung KPK. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Perempuan yang berulangtahun setiap 15 Februari itu terus menutup wajahnya dengan kerudung cokelat kotak-kotak. Perempuan yang wajahnya terlihat putih mulus itu tampak mengenakan kacamata hitam mengkilap.

Sebenarnya KPK sudah menerima informasi dari masyarakat bahwa Selasa (12/6) siang, Neneng datang ke Batam dari Kuala Lumpur.

Menggunakan kapal dia lantas memasuki wilayah Indonesia dengan jalur ilegal.

Di sana dia lantas menginap di Hotel Central Batam. Dia juga bersama seorang perempuan yang diduga kuat pengawalnya selama di tempat persembunyian.

‘’Kami sudah mengintainya sejak di Batam,’’ kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menambahkan.

Belum tuntas mengintai, ternyata KPK tiba-tiba memperoleh informasi bahwa Neneng akan bertolak dari Batam menuju Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia sekitar pukul 09.30 WIB. Mendengar informasi itu pimpinan KPK langsung memutuskan untuk mengerahkan para personilnya untuk menunggu Neneng di Bandara Soekarno-Hatta.

Tim menunggu dengan seksama buruannya itu turun dari pesawat. Ternyata batang hidung perempuan yang kabur sejak 23 Mei 2011 itu tidak ada. Tim sempat kebingungan dan kehilangan jejak lantaran manifest penumpang Garuda Indonesia juga tidak ada nama Neneng.

‘’Operasinya belum berhasil,’’ kata seorang sumber kepada JPNN sekitar pukul 13.00 WIB melalui BlackBerry Messenger yang sempat menggambarkan situasi operasi penangkapan Neneng.

Tapi KPK belum pasrah. Mereka terus berupaya keras menemukan Neneng lantaran informasi yang didapatnya diyakini sangat kuat. Tim di lapangan lalu mencari seluruh manifest penumpang yang tiba di Bandara Seokarno-Hatta kemarin siang.

‘’Ternyata kami menemukan nama pengawal Neneng di pesawat Citilink yang mendarat sekitar 11.30 WIB. Ternyata Neneng pakai nama orang lain,’’ kata sumber itu.

Meski begitu, pengawal itu juga termasuk dalam penumpang penerbangan Citilink menggunakan nama yang lainnya.

Setelah sempat kehilangan buruannya, tim memutuskan untuk berpencar menuju tempat-tempat yang diduga kuat akan dikunjungi Neneng. Salah satunya adalah rumahnya di kawasan Pejaten.

Rumah mewah berpagar tinggi itu diintai tim KPK. Awalnya mereka sempat putus asa lantaran sejak siang diawasi hingga pukul 15.00 WIB, Neneng tak kunjung tiba di rumahnya.

Tiba-tiba sekitar pukul 15.20 WIB, sebuah taksi Blue Bird masuk ke dalam rumah tersebut.

Begitu keluar, tim buser KPK lantas menghentikan taksi yang sempat masuk ke dalam rumah. ‘’Supirnya mengatakan bahwa yang menumpang dua perempuan,’’ kata Wakil Ketua Busyro Muqoddas.

Tim lega mendapat jawaban dari supir taksi itu. Mereka menduga kuat bahwa dua perempuan tersebut adalah Neneng dan pengawal pribadinya. Tak tunggu lama, tim yang berjumlah lebih dari lima orang itu langsung masuk ke dalam rumah.

‘’Tidak ada perlawanan karena di rumah itu hanya ada tiga orang. Neneng, pengawalnya dan pembantu rumah tanga,’’ kata Busyro.

Di rumah mewah itu KPK tidak hanya menangkap Neneng, mereka juga melakukan menyita beberapa barang yang diduga kuat berhubungan dengan kasus Neneng.

Kata Busyro, barang-barang yang disita di antaranya adalah compact disk dan beberapa dokumen dari tangan Neneng. Termasuk paspor. Barang-barang itu nantinya akan didalami lebih lanjut.

Ternyata sebelum masuk ke dalam rumah, Neneng yang dari bandara menumpang taksi itu sempat berputar putar dan singgah di salah satu restoran di kawasan Kemang Jaksel.

Kawasan Kemang memang tidak terlalu jauh dari rumah Neneng di Pejaten. Jaraknya sekitar 2 Km. Dia makan dulu sebelum pulang.

‘’Ternyata KPK belum berhenti bergerak. Ada dua laki-laki berkewarga negaraan Malaysia yang selama ini mengawal Neneng selama di negeri jiran itu juga masuk ke Indonesia. Mereka beranama Mohammad Hasan bin Kuhsi dan R Azmi bin Muhammad Yusof.

‘’Keduanya ditangkap di tempat yang berbeda. Ada yang di hotel, ada yang ditangkap saat menuju ke Lapas Cipinang. Kami duga dia akan menemui Nazaruddin untuk melaporkan jika Neneng sudah di Jakarta,’’ kata Busyro.

Dua laki-laki itu yang salah satunya disebut-sebut merupakan penasehat salah satu kerajaan di Malaysia hingga malam tadi menjalani pemeriksaan intensif di KPK. Dengan begitu, selain Neneng, KPK juga menangkap tiga orang pengawal Neneng.

Namun saat pimpinan KPK ditanya apakah dua laki-laki itu juga ikut dalam rombongan Neneng dalam perjalanan dari Kuala Lumpur-Batam- Jakarta, pimpinan belum bisa menerangkannya. Yang jelas yang ikut terus mengawal Neneng adalah perempuan.

‘’Kami juga akan memeriksa tiga orang itu selama 1x24 jam. Kalau memang terbukti membantu pelarian Neneng mereka akan ditetapkan sebagai tersangka,’’ lanjut mantan Ketua Komisi Yudisial itu.

Penelusuran JPNN di KPK, penangkapan Neneng ini benar-benar sulit. Sejak menerima informasi kedatangan Neneng di Batam, KPK sebenarnya yakin bisa menangkap ibu tiga anak itu.

Mereka memantau Hotel Central Batam yang diduga menjadi peristirahatan Neneng. Tapi mereka tidak menemukan tamu atas nama Neneng.       

Bahkan, saat disisir para tamu di sana, KPK juga tidak menemukan tamu yang wajahnya seperti Neneng.

‘’Ternyata dia me-make-up wajahnya sedekikian rupa untuk penyamaran. Dia juga pakai masker untuk menutupi wajahnya. Jadi tidak ada orang yang mengenal bahwa dia adalah istri Nazaruddin,’’ kata seorang pejabat KPK.

Menurutnya, semua yang mengatur pelarian dan kedatangan Neneng ke Indonesia semuanya diatur dua orang Malaysia tersebut. Keduanya juga selalu mendampingi Neneng saat berada di Batam.

Hingga akhirnya memisahkan diri setelah tiba di Jakarta. Nah, sedangkan perempuan yang selalu bersama Neneng hanyalah pembantu yang selalu mendampingi.

Abraham Samad lantas menambahkan bahwa saat ini KPK masih akan terus memeriksa Neneng dengan materi soal pelariannya selama di Malaysia. Jadi belum masuk pada materi pemeriksaan kasus korupsi Neneng.

‘’Kami akan terus mencari tahu bagaimana dia bersembunyi di Malaysia dan peran para pengawalnya itu. Serta apa motif kedatangan ke Indonesia,’’ kata Abraham.

Sementara itu pengacara Nazaruddin Hotman Paris Hutapea membantah bahwa Neneng ditangkap KPK. Dia beralasan bahwa istri dari kliennya itu menyerahkan diri ke komisi antisuap tersebut.

‘’Jadi setelah tiba di rumah, dia langsung menghubungi KPK agar dijemput di rumahnya,’’ kata Hotman kepada wartawan di KPK kemarin. Tapi saat ditanyai bagaimana Neneng bisa masuk ke Indonesia dan dalam penerbangan di pesawat tidak ada Neneng, Hotman tidak bisa menjawabnya. ‘’Kalau itu tanya saja KPK yang lebih tahu,’’ kata dia.

Pisahkan Neneng-Rosa

Penangkapan Neneng membuat rumah megah di Jalan Pejanten Barat Nomor 7 itu kembali menjadi sorotan. Sebab, sejak sang pemilik yakni M Nazaruddin tertangkap di Cartagena, Kolombia 7 Agustus 2011, rumah itu tidak pernah disambangi pemiliknya. Kemarin, tiba-tiba Neneng kembali tanpa pemberitahuan.

Setidaknya, itulah pengakuan Wati, pembantu yang sehari-hari membersihkan rumah tersebut selama ini.

Kebenarannya memang masih diragukan, sebab kepada wartawan Wati mengaku tidak tahu kalau sang majikan pulang. Padahal, petugas KPK sempat menunggu Neneng Salat Ashar di rumah tersebut.

‘’Saya enggak tahu ibu (Neneng, red) datang jam berapa,’’ ujarnya. Dia pun mengaku baru sebulan kerja di situ sehingga tidak tahu pasti siapa saja orang-orang di rumah. Dia juga mengaku kaget kalau majikan perempuannya langsung diciduk KPK setelah beberapa saat sampai.(dim/kuh/fat/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook