SURABAYA (RP) - Kementerian BUMN berencana memperkuat perbankan syariah di Indonesia.
Karena itu, mereka bakal mendirikan bank khusus syariah. Wacana ini pun disambut positif Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo).
Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi menyebut memang diperlukan bank syariah yang kuat untuk mempercepat akselerasi sistem syariah di Indonesia.
Ini mengingkat market share perbankan berkonsep Islam itu masih kecil banding bank konvensional. “Untuk bagaimana sistem yang dipakai terserah pemerintah,” katanya.
BUMN sendiri mempunyai bank syariah yang merupakan anak usaha dari perbankan pelat merah. Mereka adalah Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah, dan BTN Syariah.
Menurut Yuslam dengan penggabungan itu tentu jumlah aset sangat besar, plus jumlah nasabah. “Kekuatan itu menjadi keuntungan yang besar,” tambahnya.
Meski demikian, dia tidak berani mengatakan bahwa negara ini diperlukan perbankan syariah yang besar untuk menopang kinerja ekonomi nasional. “Ini perlu kajian khusus. Tapi, kita melihat sebagai negara jumlah penduduk muslim. Seharusnya sistem syariah mampu menunjukkan pengaruhnya,” ujarnya.
Pangsa pasar industri perbankan syariah pada kuartal I-2013 hampir menembus 5 pesen, yaitu di angka 4,9 persen.Market share tersebut terbentuk dari perolehan aset yang mencapai Rp 214,5 triliun, naik 37,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Market share aset perbankan syariah BUMN menjadi 44,4 persen
Pertumbuhan aset ini lebih tinggi daripada pertumbuhan aset perbankan konvensional yang hanya mencapai 16,8 persen secara year on year (yoy). Bahkan, pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan keuangan syariah global yang rata-rata 15-20 persen per tahun.
Dari sisi operasionalnya, pembiayaan perbankan syariah sekitar 70-80 persen didominasi oleh pembiayaan usaha kecil dan mikro (UMKM). Bahkan aktivitas pembiayaan perbankan syariah tergolong cukup aktif dengan rasio pembiayaan dan simpanan di atas 90 persen.(jpnn)