JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Meski penetrasi telepon seluler berbasis paket data internet sangat pesat, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tetap menggarap telepon kabel (fixed-line). Salah satu alasannya, permintaan telepon kabel tetap tumbuh, terutama dari segmen rumah tangga.
Vice President Corporate Communication TLKM Arif Wibowo mengakui, secara bisnis, telepon kabel tidak bergerak (plain ordinary telephone service/POTS) kurang bergairah. Tahun lalu TLKM hanya berhasil meraih pendapatan Rp7,8 triliun atau turun 7,1 persen dari realisasi 2014 sebesar Rp8,4 triliun. ’’Kalau kami bermain POTS saja, trennya akan stop,’’ katanya.
Meski pendapatan turun, permintaan pasar pemasangan POTS tetap tumbuh. Dalam laporan keuangan TLKM pada akhir 2015, jumlah pelanggan telepon rumah mencapai 10,277 juta rumah tangga. Artinya, terjadi pertumbuhan 6 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya 9,698 juta pelanggan. ’’Kami tidak pernah meninggalkan bisnis POTS dan menolak permintaan pemasangan baru,’’ terang Arif.
Tidak sekadar tetap menggarap telepon kabel, TLKM bahkan tetap berinvestasi membangun infrastruktur serat optik (fiber to the home). Namun, jaringan itu tidak sekadar digunakan untuk telepon kabel, tetapi juga untuk bisnis triple play. Yakni, TV berbayar, internet, dan telepon rumah dengan merek IndiHome. ’’Kami menawarkan triple play mengingat tren ke depan memang ke arah itu. Saat ini Telkom memiliki sekitar 1,2 juta pelanggan IndiHome,’’ jelas Arif.
Dengan serat optik, kecepatan akses internet dijanjikan hingga 100 Mbps, internet protocol television (IPTV) berisi konten UseeTV dengan gambar high-definition, dan gratis telepon dalam menit tertentu untuk jangkauan lokal atau interlokal. Tiga layanan tersebut ditawarkan dengan sistem paket sehingga masyarakat tidak bisa meminta menghapus salah satu layanan (unbundling).(gen/c14/noe/jpg)
