JAKARTA (RP) - Upaya PT Pertamina untuk menjadi salah satu perusahaan berskala global akhirnya mendapatkan apresiasi.
BUMN Migas tersebut ditahbiskan menjadi salah satu dari 500 perusahaan terbesar dalam daftar Fortune Global 500.
Dengan prestasi tersebut, Pertamina menjadi perusahaan pertama dari Indonesia yang berhasil masuk ke daftar bergengsi yang dirilis tiap tahun oleh majalah Fortune.
Dalam daftar tersebut, Fortune juga menetapkan perusahaan migas lain yakni Royal Dutch Shell. Perusahaan tersebut bisa mempertahankan posisi puncak dalam daftar dengan pendapatan 481 miliar dolar AS dan laba 26,6 miliar dolar AS.
Meski begitu, laba terbesar justru dicetak oleh raksasa migas lain, Exxon Mobil. Perusahaan yang peringkatnya digeser jaringan ritel Wall Mart Stores itu mencetak laba senilai 44,9 miliar dolar AS.
Pertamina sendiri menempati ranking 122. Posisi tersebut diraih dengan pencapaian pendapatan 2012 senilai 70,9 miliar dolar AS atau 5,4 persen lebih tinggi dari 2011.
Sedangkan, laba Pertamina naik 11,4 persen menjadi 2,8 miliar dolar AS. Meski belum masuk ke daftar 100 besar, capaian tersebut cukup membanggakan.
Pasalnya, belum ada perusahaan dari Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut sebelumnya.
Untuk wilayah ASEAN, Pertamina berada di urutan ketiga. Kedua perusahaan yang mengalahkan Pertamina adalah datang dari latar belakang yang sama: BUMN Migas. Di posisi kedua, ada PTT PLC Thailand yang meraih posisi 81.
Sedangkan, posisi tertinggi dari perusahaan asal Asia Tenggara diraih oleh Petronas dari Malaysia yang berada di rangking 75.
Menyambut penghargaan tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan menyatakan, pihaknya benar-benar bangga dengan prestasi tersebut.
Pasalnya, prestasi tersebut mengangkat nama negara di dunia Internasional. ‘’Ini kebanggaan kami, kebanggaan Indonesia. Kami baru pertama kali masuk Fortune 500. Jadi, harus disyukuri,’’ ungkapnya di Jakarta.
Tapi, istri dari Herman Agustiawan itu tak mau cepat puas dengan prestasi tersebut. Dia mengatakan, pihaknya bakal terus menggenjot kinerja untuk menembus peringkat 100 besar.
‘’Mempertahankan prestasi justru lebih sulit. Tetapi tantangan kami adalah menduduki peringkat lebih baik lagi atau masuk 100 besar,’’ ujarnya.
Mengacu ke daftar, perusahaan yang berada di peringkat 100 tahun ini adalah China Railway Construction. BUMN dari Cina itu menduduki peringkat 100 dengan pendapatan pendapatan 77,2 miliar dolar AS.
Apa strategi Pertamina masuk ke grup 100 besar? Karen mengaku sudah mempunyai rencana untuk mencapai target tersebut.
Menurutnya, perusahaannya bisa masuk dalam peringkat 100 besar jika berhasil mencetak pendapatan sebesar 200 miliar dolar AS dan pendapatan EBITDA senilai 40 miliar dolar AS. Untuk mencapai target tersebut, produksi migas Pertamina harus mencapai 2,2 juta barel setara minyak.
‘’Untuk mencapai hal tersebut, kami harus ekspansif. Proyek harus memperoleh yield (hasil, red) lebih cepat,’’ tambahnya.
Sayangnya, rencana tersebut tak tercermin dalam kinerja keungan Pertamina. Untuk periode Januari-Mei, BUMN tersebut mencetak 28,79 miliar dolar AS dengan laba 2,09 miliar dolar AS.
Angka itu turun dari periode yang sama tahun lalu yakni pendapatan 29,73 miliar dolar AS dan laba 2,4 miliar dolar AS.(bil/kim/jpnn)