JAKARTA (RP) - Rencana pembangunan proyek prestisius Jembatan Selat Sunda (JSS) mulai menemukan titik terang. Aspek keamanan yang selama ini mengundang tanda tanya kini sudah terjawab.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, tim khusus sudah melakukan studi terkait kegempaan, vulkanologi, hingga arus laut.
”Jembatan ini layak dibangun. Bahkan jika terjadi letusan Gunung Anak Krakatau (yang mengakibatkan gempa) 9 skala richter dan tsunami,” ujarnya kemarin (12/7).
Menurut dia, jembatan penghubung Jawa dan Sumatera sepanjang 29 kilometer (km) yang membentang dari Banten ke Lampung itu akan menjadi ikon Indonesia. Hebatnya, jembatan ini dibangun dengan sumber daya lokal.
”Jadi tenaga pemikir dan ahli dari Indonesia akan sangat dominan,” katanya.
Dia menyebut, saat ini proyek JSS masih dalam tahap memantangkan pembiayaan untuk feasibility study (FS). Dua opsi yang jadi pertimbangan adalah pembiayaan dengan dana APBN atau menggunakan dana pemrakarsa dan BUMN.
”Mudah-mudahan satu minggu ke depan bisa diputuskan,” ucapnya.
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menambahkan, pemerintah sudah mengumpulkan pendapat dari para doktor dan profesor terkait keamanan proyek JSS.
Meski demikian, ada juga pandangan yang menyebut proyek ini berisiko karena wilayah Selat Sunda rawan bencana.
Mulai gempa, letusan Gunung Anak Krakatau, maupun tsunami. ”Intinya, proyek ini aman tapi ada potensi risiko, sehingga kita akan lebih berhati-hati,” ujarnya.
Terkait opsi pelaksanaan studi kelayakan, Djoko menyebut ada satu yang bisa dilakukan dengan cepat karena tidak menggunakan dana APBN.
Yakni adalah studi kelayakan yang dilakukan pemrakarsa, yakni Artha Graha Group dengan menggandeng BUMN. ”Itu konsepnya, untuk BUMN-nya nanti kita putuskan sekitar tiga minggu lagi,’ ujarnya. (owi/oki/zed)