Laporan M ALI NURMAN dan SYAHRUL MUKHLIS, Pekanbaru
Baru saja terjadi aksi perampokan ala koboi yang menyebabkan korbannya merugi sekitar Rp96 juta dua hari lalu. Kini masyarakat Pekanbaru kembali dihebohkan aksi pencurian berbeda.
Perusahaan money changer, PT Amnah Awal Valasindo berkantor di Jalan Ir H Juanda Nomor 6, Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Senapelan, Pekanbaru dibobol kawanan maling.
Tak tanggung-tanggung, akibat peristiwa ini, emas batangan senilai Rp1,8 miliar serta uang tunai dolar Amerika, dan dolar Singapura sebesar Rp600 juta lenyap. Jika Ditotal kerugian sekitar Rp2,5 miliar.
Aksi pencurian ini, pertama kali diketahui security perusahaan, Irdian serta Putra dan Nova (kasir perusahaan), Kamis (12/4) sekitar pukul 07.30 WIB. Irdian (30) warga Jalan Wonosari Gang Nasori itu, Kamis (12/4) mengatakan, ketika itu ia yang membuka kantor terkejut melihat kondisi di dalam toko sudah berantakan. Ia langsung melakukan pengecekan ke dalam di lokasi brangkas money changer. Ditemukannya sudah dalam kondisi terbuka. Sejumlah uang dan perhiasan yang ada di dalamnya juga sudah tidak ada.
‘’Pagi tadi buka toko, sampai di depan nampak kaca di kasir sudah terbuka. Saya lalu cek di dalam, ternyata brangkas di dalam tesebut sudah dirusak seperti kena las,’’ papar Irdian.
Pantauan Riau Pos di lokasi, pada pintu masuk money changer ini sudah dipasangi police line (garis polisi). Sementara anggota polisi tampak melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Di bagian dalam, tampak susunan partisi kaca tempat kasir berada, salah satu bagian kaca ini tampak pecah. Bagian dalam ruangan juga tampak berantakan. Dibagian belakang kasir inilah brangkas yang dibobol kawanan maling disimpan.
Brangkas berukuran 1 X 1 meter ini tampak sudah ditarik agak ke depan dari posisinya semula. Sedangkan posisi pintu brangkas itu sendiri sudah menghadap ke atas dari sebelumnya yang menghadap ke samping depan.
Di pintu brangkas itu sendiri tampak bekas las yang diduga dilakukan oleh kawanan maling untuk membuka brangkas.
Amnah (42), pemilik sekaligus direktur money changer ini pada Riau Pos mengatakan ia diberitahu oleh security Irdian, Putra (karyawan) dan Nova (kasir). Maling diduga masuk dan membongkar brangkas saat sekuriti sedang tidak ada.
‘’Sekuriti kita kan istrinya baru saja melahirkan jadi tidak bisa tinggal di tempat. Sekuriti kerja pada saat jam kerja saja, kalau malam tidak kerja,’’ jelas Ammah.
Dikatakannya, CCTV pada money changer miliknya ini mulai dipasang tahun 2007. ‘’Dalam sebulan terakhir rusak karena terus beroperasi 24 jam. Sudah bagus juga sebetulnya, Tapi kita operasionalkan hanya sampai pukul 17.00 WIB, jadi tak terlihat,’’ imbuhnya.
Meski begitu, dijelaskannya, dari empat CCTV yang terpasang, seluruhnya dirusak oleh para pelaku. Bahkan Camcorder-nya ikut diambil.
Amnah menjelaskan, ia belum bisa mencurigai siapa yang mungkin melakukan pembobolan di money changer miliknya.
’’Cuma dalam tiga hari terakhir ada telepon seolah-olah mau transaksi di luar jam kerja. Dia minta transaksi yang biasa, di bawah Rp100 juta. Itu biasa dan direkaman telpon ada,’’ ungkapnya.
Ammah mencatat, isi di dalam brangkas yang dilarikan oleh maling yang masuk ke dalam mencapai Rp2,4 miliar.
’’Emas batangan dan perhiasan Rp1,8 miliar. Uang tunai berbagai mata uang asing Rp600juta,’’ jelasnya.
Saat beraksi, pelaku yang diduga lebih dari satu orang ini masuk dari pintu pada lantai empat bangunan ruko tersebut dengan mencongkel pintu. Pelaku lalu turun ke lantai dasar tempat brangkas berisi uang dan sejumlah perhiasan disimpan.
Letak brangkas yang disimpan di dalam sebuah ruangan membuat pelaku harus mencongkel pintu menuju ruang brangkas itu, namun usaha tersebut tak berhasil.
Pelaku ini tak kehabisan akal, untuk mempercepat aksinya, pelaku kemudian memecah dinding kaca ruangan itu. Setelah kaca dipecahkan, pelaku kemudian masuk ke ruangan tersebut dan menggeser brangkas berukuran 1 X 1 meter tersebut ke depan sejauh satu meter dari tempat semula.
‘’Pelaku masuk dari lantai empat setelah mencongkel pintu dengan benda keras,’’ ujar Kasat Reskrim Polresta, AKP Arief Fajar SH SIK didampingi Wakasat Reskrim, AKP Abdul Rahman pada Riau Pos.
Pelaku lalu membawa seperangkat alat las dan mengelas brangkas untuk mengambil sejumlah perhiasan emas batangan senilai Rp1,8 miliar dan uang tunai dolar Amerika, Singapura dan lainnya yang totalnya sebesar Rp600 juta.
‘’Jika ditotal kerugian sekitar 2,4 miliar, saat ini masih dalam peyelidikan petugas,’’ ujarnya.
Dikatakannya lagi, money changer itu pada malam hari memang tidak ada yang menjaga dan ditinggal dalam keadaan kosong. CCTV yang ada dalam toko dimatikan saat pemilik dan karyawan lainnya pulang pukul 17.00 WIB.
‘’Makanya pelaku leluasa melakukan aksinya,’’ ungkapnya sambil mengatakan aksi pencurian ini diduga terjadi dini hari sekitar pukul 04.00 WIB.’’Pelaku saat ini masih kita buru,’’ tegasnya.
Perampok BRI Tambusai Ditangkap
Delapan anggota Reserse Kriminal Umum Polda Riau berhasil menangkap tiga tersangka perampokan petugas BRI Jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru, yang beraksi Februari 2012 lalu. Bersama perampok diamankan sepucuk senjata api jenis Bareta dan empat peluru.
Kabid Humas Polda Riau, AKBP Syarif Pandiangan SH saat konferensi pers mengatakan di antara tiga tersangka, salah satunya Ahmad supir BRI, Dwi dan Untung. Dwi dan Untung sebelumnya pernah dipenjara.
Peristiwa perampokan itu sendiri terjadi Februari lalu di Jalan Garuda Sakti Km 43 Tapung di mana dua orang perampok menghentikan mobil petugas BRI yang sedang mengantarkan Rp500 juta ke PT Saroha.
Salah satu pelaku langsung masuk mobil dan menodongkan senjata kepada petugas BRI, sementara Ahmad tetap bertindak jadi supir.
‘’Setelah kejadian, kita periksa supir karena kita curigai ada keterlibatan dengan pelaku sehingg kita amankan langsung setelah kejadian. Selanjutnya kita cari pelaku lainnya,’’ ujar Pandiangan.
Ahad lalu, reserse Ditreskrimum Polda Riau berhasil melacak keberadaan Dwi (33) di Perawang dan saat itu juga langsung ditangkap. Kemudian Untung (32) ditangkap di Kuansing.
Dari keterangan pihak Polda diketahui bahwa sebelumnya Dwi juga pernah terlibat perampokan dan baru bebas dari Lapas Siak 2011 lalu. Sementara Untung yang diketahui sebagai pemilik senjata api dan otak pelaku juga pernah terlibat dalam kasus yang serupa dengan senjata api.
Dari pengakuan pelaku, penyidik mengetahui bahwa uang hasil rampok tersebut sudah habis dibagi dan berfoya-foya.
Penyidik masih mencari informasi dari mana asal senjata api diperoleh pelaku. Sementara itu, tim reskrim masih mencari dua pelaku lagi yang masih DPO. ‘’Ada dua pelaku lagi yang masih kita cari,’’ kata Pandiangan.(ali/rul)