Mobil Strong Hybrid Masih Terlalu Mahal untuk Indonesia

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 13 Februari 2020 - 22:25 WIB

Mobil Strong Hybrid Masih Terlalu Mahal untuk Indonesia
Mobil Suzuki Swift yang sudah menggunakan teknologi strong hybrid. (Istimewa)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Era mobil dengan teknologi ramah lingkungan kian digencarkan belakangan ini oleh pemerintah. Bahkan beberapa pabrikan sudah mengeluarkan mobil dengan teknologi hybrid bahkan ada yang sudah memulai mobil dengan 100 persen tenaga listrik.

Terkait mobil hybrid Donny Setiawan selaku Direktur Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) berkomentar. Kalau pada intinya, pemerintah hanya ingin mengurangi konsumsi bahan bakar tak terbarukan. Usulan untuk beralih ke mobil berteknologi strong hybrid dinilai tidak efektif.


"Kalau menurut kami dengan langsung full battery atau strong hybrid, efeknya sedikit karena harga perolehan atau akuisisinya terlalu tinggi. Sehingga masyarakat yang membeli juga sedikit," ungkap Donny.

Bila ingin mendapat impek yang masif maka dibutuhkan produk hybrid dengan harga terjangkau. Menurutnya misi realistis Suzuki tentu dengan menggunakan teknolgi SHVS.

"Buat kami, yang paling make sense supaya impeknya lebih masif adalah kendaraan yang harganya di bawah Rp250 juta, tentunya dengan teknologi hybrid kami," pungkasnya.

Sejatinya, Suzuki telah melakukan pengembangan terhadap teknologi mild hybrid mereka ke generasi berikutnya yaitu strong hybrid. Teknologi ini seperti kebanyakan hybrid merek lainnya, yaitu memanfaatkan motor listrik dan baterai lithium-ion serta dikombinasikan dengan mesin bakar konvensional (internal combustion engine/ICE).

Teknologi ini berbeda dengan mild hybrid yang hanya memanfaatkan motor listrik tanpa baterai. Artinya, teknologi strong hybrid ini jelas lebih maju dari smart hybrid Suzuki.

Di sektor mesin strong hybrid, Suzuki menggunakan Dualjet K12C 1.200 cc bertenaga 90 hp dan 118 Nm. Mesin ini kemudian dipadukan dengan motor listrik sehingga mampu memberi tenaga dorongan lebih menjadi 103 hp dan 148 Nm.

Di atas kertas, keluaran daya ini bisa setara dengan mesin bensin 1.500 cc konvensional namun diklaim lebih irit. Uniknya, kekuatan tadi kemudian disalurkan ke sistem transmisi Automated Manual Transmission (AMT) seperti yang digunakan Ignis.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook