JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Empat belas BUMN resmi bekerja sama dengan sejumlah mitra strategis di 19 proyek dalam acara Annual Meeting IMF-World Bank 2018. Total nilai proyek mencapai 13,5 miliar dolar AS atau Rp201 triliun.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, penandatanganan investasi dan pembiayaan infrastruktur itu merupakan bukti di tengah ketidakpastian ekonomi global, iklim investasi di Indonesia tetap terjaga. ’’Berdasar jenis investasi, strategic partnership memberikan kontribusi hampir 80 persen dari total nilai penandatanganan,’’ ujarnya di Bali, Kamis (11/10).
Selebihnya adalah project financing dan pembiayaan alternatif pasar modal yang mencakup sektor migas, hilirisasi pertambangan, pariwisata, bandara, kelistrikan, pertahanan, jalan tol, dan manufaktur. Dalam penandatanganan kerja sama tersebut, sektor migas, yakni antara PT Pertamina dan CPC Taiwan, menyumbang porsi terbesar investasi senilai 6,5 miliar dolar AS atau Rp96,85 triliun.
Kedua perusahaan meneken kerja sama pembangunan pabrik petrokimia. Yakni, nafta cracker berkapasitas 1 juta barel per hari di kilang Balongan dan akan beroperasi pada 2026. ’’Diproyeksikan menjadi substitusi impor sehingga menghemat pengeluaran devisa hingga 2,4 miliar dolar AS per tahun,’’ imbuhnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, kajian untuk proyek itu dimulai dengan memakan waktu 3–6 bulan ke depan. ’’Setelah tahap kajian akan berlanjut ke tahap pengembangan. Pertamina akan lebih meningkatkan lagi bisnis di petrokimia,’’ ujarnya.
Rencananya, proyek itu termasuk revamping atau meningkatkan kapasitas kilang eksisting ke produk BBM dengan spesifikasi Euro IV dan Euro V di Kilang Balongan. Pembangunan proyek tersebut diperkirakan memakan waktu selama 4–5 tahun.
Sektor hilirisasi tambang juga diwujudkan dengan head of agreement PT Indonesia Asahan Aluminium dan PT Antam Tbk dengan Aluminium Corporation of China Limited (Chalco) senilai 850 juta dolar AS. Rencananya, Inalum, Antam, dan Chalco membangun pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, berkapasitas 1 juta ton per tahun. ’’Substitusi impor pada penghematan devisa 600 juta dolar AS per tahun,’’ sambung Rini.
Rini turut mengumumkan inovasi pembiayaan terbaru dan inovasi instrumen lindung nilai. Inovasi pertama pembiayaan proyek jalan tol Jasa Marga melalui dana investasi infrastruktur, Dinfra. ’’Inovasi lainnya adalah instrumen lindung nilai berupa currency hedging berbasis syariah pertama di Indonesia yang diprakarsai FP3K,’’ terang Rini.(vir/c19/oki/lim)