REKONSTRUKSI PEMBUNUHAN AYAH DAN ANAK DI TOKO PONSEL

”Matipun Pelaku, Ini Belum Terbalas’’

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 11 Mei 2012 - 07:58 WIB

Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru redaksi@riaupos.co

Kesedihan keluarga Agusni Bahar (59) dan anaknya Dodi Heriyanto (24) terlihat jelas saat Polresta Pekanbaru menggelar rekonstruksi pembunuhan, Kamis (10/5). Agusni dan Dodi tewas di tangan kawanan perampok yang mendatangi toko mereka, Toko Niagara Ponsel.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Mereka kejam, abang dibunuh saat sedang salat. Manusia macam apa yang tega melakukan hal seperti itu. Derita yang dialami pihak keluarga luar biasa. Dua nyawa melayang tanpa alasan yang jelas, sangat menyakitkan. Tidak sebanding dengan apa yang diperbuat dan apa yang dibawa,’’ ujar salah satu adik Agusni bernama Zulkifli.

Untuk menggambarkan kesedihan keluarga ini, Zulkifli bahkan mengatakan, apabila keempat orang ini dihukum mati, maka itupun belum bisa membalaskan sakit yang dirasakan keluarga kedua almarhum.

Kesedihan keluarga almarhum ini dirasa wajar, karena Agusni Bahar adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dalam keluarganya. Almarhum selalu jadi panutan, rujukan, tempat berlindung, serta pemberi nasehat yang didengar kata-katanya. ‘’Pandangan kami, almarhum itu adalah orang yang tidak bermasalah. Belum pernah kami mendengar keluhan masyarakat mengenai dia,’’ lanjut Zulkifli.

Rekonstruksi ini sendiri mulai dilaksanakan di Jalan Kaharuddin Nasution No 48, Kecamatan Bukitraya, Kamis (10/5) pagi sekitar pukul 09.30 WIB. Dipimpin langsung oleh Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar didampingi Kasat Reskrim AKP Arief Fajar SH SIK, Kapolsek Bukitraya Kompol Marto Harahap, dan Kanit Reskrim AKP Jhon Sihite.

Rekonstruksi ini dikawal ketat puluhan petugas kepolisian bersenjata lengkap. Selain itu, puluhan warga juga tampak memadati lokasi rekonstruksi. Bahkan, tidak sedikit pengguna jalan yang berhenti untuk menyaksikan jalannya rekonstruksi. Sementara, warga sekitar tampak menyemut di sekeliling lokasi rekonstruksi. Untuk membatasi agar rekontruksi berjalan lancar, garis polisi (police line) dipasang di sekeliling areal itu.

Saat mobil tahanan polisi yang membawa tersangka pagi itu tiba di lokasi, langsung disambut teriakan warga. Terutama saat para tersangka keluar. Warga yang kesal dan geram dengan perbuatan tersangka meneriaki dan mencaci para tersangka yang mulai diturunkan dari mobil tahanan hingga masuk ke dalam ruko milik almarhum Agusni.

Di dalam ruko tempat rekonstruksi dilaksanakan, sekitar 50-an adegan pembunuhan dan perampokan itu digelar. ‘’Ini untuk mencocokan Berkas Acara Pemeriksaan (BAP) tersangka dengan kejadian sebenarnya di TKP,’’ ujar Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar disela-sela pelaksaan rekostruksi. Dikatakannya, rekonstruksi ini juga berguna untuk menuntaskan hasil penyelidikan yang telah dilakukan. ‘’Hanya Rohim saja yang perannya digantikan karena masih DPO dan terus kita buru,’’ lanjut Kombes Pol Adang.

Saat rekonstruksi dilaksanakan, tersangka Candra mengatakan, ia terpaksa melakukan pembunuhan terhadap korban karena terlilit utang akibat usaha ponselnya bangkrut. Dengan utang Rp8 juta yang ditanggung tanpa ada jalan keluar, jalan kejampun dilakukan. ‘’Saya sangat menyesal, rasanya seperti membunuh ayah saya sendiri,’’ ujar Candra.

Tersangka lainnya, Dwi mengungkapkan sebelum beraksinya, ia sudah mengingatkan agar jangan sampai ada korban jiwa. Tapi Rohim dan Candra berpendapat lain. Korban harus dibunuh agar rencana mereka tidak terbongkar.

Dalam rekonstruksi ini tersangka yang tidak ikut dalam pembunuhan yaitu Suroso juga dibawa. Terlihat rangkaian-rangkaian peristiwa perbuatan keji keempat tersangka ini hingga kedua korban tewas bersimbah darah.

Diperagakan ulang, bagaimana Rohim memukul Agusni yang sedang Salat Subuh dari belakang lalu membekapnya. Kewalahan dengan perlawanan korban, ia lalu meminta bantuan Andi yang datang membawa parang. Andi yang tiba, lalu memukulkan parang itu ke Agusni, tak berhenti di sana, parang itu lalau disabetkan ke tulang rusuk Agusni sebelum akhirnya Agusni dieksekusi dengan menusukkan parang ke leher korban.

Saat itu, Agusni yang meregang nyawa berteriak meminta tolong hingga terdengar oleh sang anak, Dodi. Sang anak yang terbangun dari tidurnya, keluar berusaha membantu sang ayah. Malang baginya, ia sudah ditunggu oleh Candra dan Dwi. Keduanya lalu memukul dan menyeret Doni sebelum akhirnya dihabisi juga. Dodi tewas setelah Rohim dan Andi datang menusuknya berulang-ulang.

Setelah kedua korban tewas, keempat pelaku lalu leluasa mengambil harta benda yang ada di sana. Untuk mengelabui warga sekitar, Rohim menggantungkan tulisan libur pada sebuah karton dan digantungkan di depan terali toko korban sebelum melarikan diri menggunakan mobil Toyota Rush merah marun, BM 1315 JI milik korban.

Saat rekonstruksi berakhir dan para tersangka dibawa ke mobil tahanan, teriakan dan cacian warga dan masyarakat yang melihat dari luar jalannya rekonstruksi kembali terdengar. Bahkan, keluarga korban yang semula sabar akhirnya terpancing juga. Dua anggota keluarga sempat berusaha mengejar pelaku sebelum akhirnya dicegah oleh polisi.

Asep R SH, sebagai pengacara pelaku usai rekonstruksi mengatakan, ia mewakili para tersangka meminta maaf atas apa yang terjadi. ‘’Para tersangka betul-betul menyesal dan memohon maaf dan memohon ampun sebesar-besarnya kepada keluarga korban,’’ ujarnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook