JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Bukalapak tengah diterpa kabar tak sedap. Marketplace yang memiliki valuasi senilai 1 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 13 triliun (unicorn) itu dikabarkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya.
Ketika dikonfirmasi, Chief Of Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo membenarkan adanya PHK dalam internal perusahaanya. Hanya saja, pihaknya enggan menyebutkan berapa jumlah karyawan yang terkena pemangkasan.
“Saat Bukalapak berdiri 9 tahun yang lalu, perkembangan teknologi belum sepesat sekarang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian maju dan beragam, penataan diri di dalam suatu perusahaan tentunya juga harus dilakukan untuk mengikuti dinamika ini,” kata dia.
Menurut Teddy, Bukalapak ingin menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan menciptakan dampak positif untuk Indonesia. Oleh sebab itu, penyelarasan internal dengan menerapkan strategi jangka panjang dan penataan hal lain perlu dilakukan.
“Menjadi sustainable e-commerce penting bagi kami karena walaupun pertumbuhan GMV adalah indikator yang penting bagi semua e-commerce, Bukalapak telah melangkah ke tahap yang lebih jauh dan menghasilkan kenaikan dalam monetisasi, memperkuat probilitas yang sudah berjalan baik dan melampaui ekspektasi kami,” terangnya.
Bukalapak mencatat, Gross Profit perusahaan pada pertengahan 2019 naik 3 kali dibandingkan pertengahan 2018 yang lalu. Di sisi lain, pihaknya juga mengurangi setengah kerugian dari pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) selama 8 bulan terakhir.
“Kami ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih keuntungan, dan dengan pencapaian performa bisnis yang baik dan modal yang cukup. Kami menargetkan untuk dapat mencapai breakeven bahkan keuntungan dalam waktu dekat,” bebernya.
Teddy pun menyampaikan pesan kepada pengguna dan partner bisnis Bukalapak. “Penataan ini berarti kami bisa memfokuskan diri untuk meningkatkan layanan dan memberi dampak positif lebih luas,” tandasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal