Laporan HENDRAWAN, Pekanbaru hendrawan@riaupos.co
Realisasi investasi yang masuk ke Indonesia meningkat tajam selama triwulan I 2013, yang mana nominalnya mencapai Rp93 triliun.
Jumlah ini melesat 30,60 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, atau hanya Rp71,2 triliun.
Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro dan Badan Kebijakan Fiskal Republik Indonesia (RI), Dr Lucky Al-Firman pada Seminar Kebijakan Fiskal 2013 dan Perkembangan Ekonomi Terkini Kemenkeu, Rabu (8/5), di Hotel Aryaduta Pekanbaru.
“Investor selalu melihat risk yag lebih rendah dan keuntungan cepat, dan Indonesia masih menarik perhatian investor dunia, terutama yang mencari keuntungan cepat. Arus modal masuk ke Indonesia pun sangat tinggi di triwulan pertama ini. Sebelumnya, sempat diprediksi naik lebih dari 30 persen dibanding triwulan pertama tahun lalu,” ungkap Luky.
Besarnya investasi yang masuk mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I hingga 6,03 persen. Optimis ini terjadi karena pergerakan pertumbuhan di awal 2013 membuat proyeksi ekonomi makro Indonesia tembus 6,3 persen.
Kenaikan asumsi pertumbuhan ekonomi ini membuat produk domestik bruto (PDB) Indonesia berada di rangking 16 besar besar dunia. Indonesia pun masuk ke dalam jajaran negara G-20.
“Untuk rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam 10 tahun terakhir, Indonesia nomor 3 terbesar setelah Cina dan India. Pertumbuhan ini paling stabil dan juga paling fenomenal,” lanjut Luky.
Penyumbang PDB masih didominasi sektor manufaktur dengan kontribusi 1,5 persen, lalu disusul perdagangan 1,2 persen dan transportasi serta telekomunikasi sebesar 1,0 persen dari petumbuhan ekonomi Indonesia 6,02 persen.
Hanya saja realisasi investasi ini terasa kurang manis karena penguasaan asing masih tinggi, terutama di pasar saham yang mencapai 54 persen.
Sementara utang luar negeri swasta akibat pembiayaan juga tinggi, setelah kredit perbankan. Ekspor Indonesia di triwulan I ini juga menurun karena pelemahan permintaan luar negeri.
Pertumbuhan ekonomi makro masih mengalami berbagai tantangan, terutama dipengaruhi masalah potensi defisit APBN yang melampaui batas 3 persen.
Demikian pula tekanan neraca pembayaran, cadangan devisa, nilai tukar dan tekanan inflasi yang juga akan menjadi batu sandungan.
Sementara tantangan ekonomi global masih akan dipengaruhi sentimen arus modal akibat pelonggaran kebijakan moneter negara-negara maju.
Gejolak harga komoditas pasar global juga menjadi hal yang wajib diwaspadai. Pertumbuhan ekonomi domestik juga akan mendapatkan tantangan dari pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, serta ketimpangn antara ekonomi masyarakat kaya dan miskin.
“Perbaikan iklim investasi, stabilitas sistem keuangan dan dominasi kepemilikan asing masih akan menjadi tantangan pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2013 ini,” tutup Luky.(sar)