SURABAYA (RIAUPOS.CO) -- Arus peti kemas di wilayah timur Indonesia terus meningkat. Untuk mengantisipasi hal itu, PT Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS) kini melayani kapal dengan muatan terbesar. Sebelumnya, kapal yang bersandar di TPS memiliki kapasitas muatan 1.500–2.500 TEUs.
Kini, dengan peningkatan layanan, TPS dapat melayani kapal dengan muatan di atas 4.200 boks. Hal tersebut ditandai dengan bersandarnya Kapal MV Holsatia pada Sabtu (6/4). Kapal itu membawa muatan 4.200 peti kemas atau setara 6.600 TEUs.
Direktur Utama TPS Endot Endrarno menyatakan, pihaknya terus berbenah untuk menyesuaikan keperluanan bisnisnya. TPS juga bersiap menghadapi perubahan yang dinamis ini. Untuk itu, TPS melakukan pendalaman kolam dermaga internasional yang semula -10,5 mLWS menjadi -13mLWS. ’’Perubahan adalah dinamika yang menyenangkan. TPS siap menjadi pemimpin di era perubahan dinamis ini,’’ ucapnya seperti diberitakan JPG, kemarin.
Bukan hanya itu, TPS juga memperkuat container crane (CC) hingga mampu mengangkat dua peti kemas sekaligus. CC tersebut juga memiliki daya jangkau hingga 14 baris. Produktivitas TPS pun meningkat dengan digunakannya CC baru itu. Sebelumnya, produktivitas TPS mencapai 35 peti kemas/crane tiap jam. Pada 2018, produktivitas TPS dapat mencapai 27,7 peti kemas/crane tiap jam.
Endot menambahkan, CC baru tersebut kini menggunakan daya listrik. Selain kinerja TPS yang meningkat karena penggunaan daya listrik, pengoperasian alat itu kini lebih ramah lingkungan.
Dia memastikan perubahan dalam industri pelabuhan kini menerapkan efisiensi dan tetap menjaga kualitas layanan kepada pengguna jasa. ’’Tiga CC baru dialokasikan untuk proses bongkar muat. Kecepatannya diupayakan secara optimal untuk waktu kapal sandar yang efisien,’’ ujarnya.
Sebelumnya, merujuk data TPS, pengoperasian kapal dengan kapasitas muat lebih dari 4.000 TEUs terus meningkat sejak 2010. Tahun lalu arus peti kemas meningkat 5,67 persen dengan total 1,46 juta TEUs jika dibandingkan dengan 2017 sebesar 1,38 juta TEUs. Peningkatan arus itu diperoleh dari peti kemas internasional yang terus naik.(ell/c22/oki/jpg)
Editor: Eko Faizin