SURABAYA (RIAUPOS.CO) - Untuk menunjang kesuksesan program pembiayaan Ultra Mikro (UMi), Kementerian Keuangan menggalakkan digitalisasi. Selain mempermudah penyimpanan data debitor, digitalisasi memungkinkan evaluasi kredit secara terperinci. Tidak hanya efektif, digitalisasi juga akan membuat program pembiayaan kredit pemerintah itu lebih efisien.
Direktur Utama Pusat Investasi Pemerintah Djoko Hendratto mengatakan, bahwa digitalisasi akan membuat nasabah UMi lebih mudah dikenali. ’’Kalau sebelum digitalisasi itu kita tidak bisa betul-betul tahu penerima pinjaman itu siapa,’’ ucapnya, Jumat (8/2).
Digitalisasi juga memungkinkan UMi menjangkau area yang lebih luas dalam waktu yang lebih singkat. Djoko menyebut tingginya angka pengguna internet di Indonesia sebagai faktor positif. Sebab, informasi tentang UMi bisa tersebar lebih cepat dan mudah. Tidak hanya itu, digitalisasi juga mempermudah penyaluran dana langsung ke masyarakat.
Sejauh ini, UMi telah menggandeng empat platform uang elektronik. Yakni, Go-Pay, T-Cash, T-money, dan Bukalapak. ’’Bahkan, debitor kami yang produsen juga bisa memasarkan produk mereka lewat platform elektronik tersebut,’’ ujarnya.
Tahun ini pemerintah menganggarkan pembiayaan UMi senilai Rp3 miliar. Itu naik daripada tahun sebelumnya yang nilainya Rp2,5 miliar. Djoko positif UMi akan semakin diminati masyarakat. Terutama untuk membesarkan usahanya.
Tahun lalu nasabah UMi meningkat menjadi 800 ribu dari kisaran 307 ribu. Karena itu, Djoko menargetkan pertumbuhan nasabah baru UMi tahun ini, jumlahnya diharapkan mencapai 600 ribu. Dengan demikian, jumlah nasabah UMi tahun ini akan menjadi sekitar 1.4 juta.
UMi merupakan jenis bantuan pembiayaan usaha yang menyasar usaha mikro. Tepatnya, usaha yang tidak terjangkau fasilitas kredit perbankan. Dengan pembiayaan maksimal Rp 10 juta, pogram tersebut diharapkan bisa mendorong usaha mikro masyarakat. Pembiayaan usaha itu juga disalurkan melalui lembaga yang telah ada dan dekat dengan masyarakat.(ell/c20/hep/jpg)