JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup menguat 46 poin atau 0,33 persen di level Rp13.854 per dolar AS, Kamis (9/1), berbanding posisi hari sebelumnya Rp13.900 per dolar AS.
Penguatan rupiah di pasar spot Jakarta, tidak lepas meredanya ketegangan di Timur Tengah.
"Data eksternal dan internal yang stabil, membuat rupiah dalam penutupan pasar sore ini ditutup menguat," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.
Menanggapi serangan balasan dari Iran, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS akan segera menjatuhkan sanksi ekonomi tambahan pada Iran. Sanksi akan tetap berlaku sampai Iran mengubah perilakunya.
"Keputusan Trump untuk memilih sanksi daripada tanggapan militer, membuat pasar kembali stabil," ujar Ibrahim.
Selain itu, fokus pasar akan beralih kembali ke ekonomi global, dengan harapan bahwa Amerika Serikat dan China akan menandatangani kesepakatan perdagangan minggu depan.
Investor berpikir kesepakatan itu akan menghapus salah satu ketidakpastian terbesar dan membantu mendorong pertumbuhan global tahun ini, meskipun beberapa orang berpikir bahwa pandangan itu terlalu optimis.
Sementara itu, dengan kondisi ekonomi global yang masih tak menentu, lembaga pemeringkat Internasional Moody’s Investors Service memberi peringkat stabil (Baa2) untuk surat utang Indonesia. Prospek diberikan dalam laporan anyar Moody's yang dirilis pada Januari 2020.
"Peringkat stabil menunjukkan kualitas surat utang Indonesia tidak mengalami perbaikan dari sebelumnya, tidak pula mengalami kemerosotan," kata Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp13.860 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.848 per dolar AS hingga Rp13.868 per dolar AS.
Adapun kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.860 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.934 per dolar AS.
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal