Indonesia Belum Siap Terjun ke Pasar Bebas

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 07 Desember 2013 - 07:51 WIB

JAKARTA (RP) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengkhawatirkan makin banyaknya kerja sama bilateral maupun regional yang bertujuan untuk membuka pasar (liberalisasi). Sebab, daya saing produk nasional dinilai belum siap untuk menghadapi persaingan global.

Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjahajana mengatakan, sebagai negara yang memiliki potensi pasar dalam negeri cukup besar, Indonesia seharusnya berprinsip mengoptimalkan pasar domestik ketimbang ekspor. "Kita lihat dulu, dengan membuka pasar ASEAN saja apakah kita mampu bersaing," ujarnya kemarin (6/12).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Agus, jika Indonesia ikut-ikutan memperbanyak kerja sama liberalisasi dengan negara-negara lain, dikhawatirkan potensi pasar dalam negeri yang saat ini mencapai 70 persen bisa tergerus produk impor. "Saat ini kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) kita hanya 30 persen. Sisanya masih bisa mengoptimalkan pasar dalam negeri," tegasnya.

Agus menilai, implementasi pasar tunggal ASEAN pada 2015 nanti bisa menjadi patokan jika Indonesia ingin melakukan liberalisasi ekonomi baik secara bilateral maupun regional. "Jangan terburu-buru teken kerja sama. Kita jangan mencontoh Malaysia yang jumlah penduduknya hanya 25 juta ataupun Vietnam yang penduduknya hanya 50 juta," ungkapnya.

Belum saatnya Indonesia bergabung ke dalam blok kerja sama ekonomi Trans Pacific Partnership (TPP) yang beranggotakan Australia, Brunei, Chile, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapore, Amerika Serikat, dan Vietnam. Sebelumnya, empat negara ASEAN lain seperti Brunei, Malaysia, Singapura, dan Vietnam telah lebih dahulu bergabung. "Kita tetap sebagai negara peninjau," sebutnya.

Bagi beberapa negara ASEAN yang telah bergabung, lanjut Agus, ikut dalam blok kerja sama ekonomi seperti TPP adalah suatu keuntungan karena ekonomi mereka memiliki kebergantungan terhadap ekspor hingga 100 persen dari PDB. "Kalau kita ikut-ikutan masuk hanya akan menghancurkan sektor industri di dalam negeri karena ekspor kita ke mereka hanya pertambangan dan energi," tuturnya.

Sebelumnya, Indonesia memutuskan bergabung dengan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ini adalah blok kerja sama ekonomi yang beranggotakan negara-negara ASEAN dan enam negara mitra lainnya. Yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Korea, dan Selandia Baru.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, bergabungnya Indonesia merupakan perkembangan alamiah dari ASEAN dalam mengintegrasikan diri pada perekonomian global. (wir/oki)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook