JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Saat ini terdapat 141 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di Kementerian BUMN. Namun, dari 141 BUMN yang ada, tidak semua memiliki kinerja keuangan yang kinclong dan berkontribusi terhadap negara.
Bahkan karena memiliki kinerja keuangan yang negatif dalam beberapa tahun terakhir, ada BUMN yang harus berhenti beroperasi dan acapkali malah membebani keuangan negara. Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebut perusahaan pelat merah ini dengan BUMN 'Dhuafa'.
Tetapi berkat desakan Dahlan dan juga pergantian direksi, beberapa BUMN Dhuafa ini bisa hidup kembali pasca tertidur meskipun belum optimal. Apa saja BUMN 'Dhuafa' yang bangkit lagi setelah lama tertidur akibat kerugian atau tidak beroperasi karena persoalan manajerial? Berikut enam di antaranya seperti yang dirilis detik.com, Kamis (6/12) kemarin.
Pertama, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). Maskapai pelat merah yang banyak melayani rute-rute Indonesia timur ini tampaknya memiliki segudang masalah.
Namun, terkait kinerja keuangan, Merpati yang mencatat rugi sebesar Rp356,52 miliar pada 2011, saat ini di bawah kepemimpinan Dirut baru, Rudy Setyopurnomo, berhasil mengembalikan kinerja positif yakni bisa memperoleh keuntungan operasional mencapai Rp500 juta per hari dari sebelumnya mengalami kerugian Rp1,4 miliar per hari.
Selain itu, mulai 2013, Merpati mulai membayar utang-utangnya yang mencapai Rp5 triliunan secara bertahap hingga 50 persen. Bahkan perseroan, pada akhir 2012, akan menerima kedatangan 5 buah armada pesawat executive jet tipe Embraer 145 berkapasitas 50 penumpang tanpa harus menggelontorkan investasi karena pihak leasing asal Hong Kong percaya terhadap membaiknya kinerja Merpati.
Kedua, PT Kertas Leces. Perusahaan ini tak kunjung memiliki kinerja membaik bahkan pada 2011, perseroan mencatat rugi Rp84,97 miliar.
Melihat kondisi itu, akhirnya Menteri BUMN Dahlan Iskan memutuskan menghentikan PMN senilai Rp200 miliar di 2012 dengan alasan tidak ada jaminan perbaikan kinerja kalau perusahaan tetap disuntik.
Sebagai gantinya, Dahlan menunjuk Budi Kusmarwoto yang berpengalaman sebagai direktur anak perusahaan PLN yakni PT PLN Engeneering.
Beberapa BUMN yang sudah lama berada di kamar mayat bisa keluar, kemaren Leces (Kertas Leces) dan itu saya nggak bisa ke Komisi VII DPR. Di sana ada tekad baru bahwa Leces akan bangkit lagi, kata Dahlan di acara Anugrah BUMN 2012 yang diadakan oleh Majalah BUMN Track, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis (6/12).
Ketiga, PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Perusahaan BUMN penghasil kertas kantong semen berjenis kraft ini, berlokasi di Desa Jamuan, Kecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. PT KKA ini kembali dihidupkan oleh Dahlan.
Rencananya, PT KKA yang memiliki pembangkit listrik ini, akan menjual listriknya ke PT PLN untuk mengurangi beban operasional perusahaan agar tidak tergantung pada suntikan modal pemerintah.
Perusahaan yang mencatat rugi Rp65,2 miliar di 2011 ini, harus berhenti beroperasi karena persoalan bahan baku.
Akhirnya berkat kerja keras manajemen dan dorongan Dahlan, PT KKA mendapat angin segar karena bisa memperoleh bahan baku dari Hutan Tanaman Industri (HTI).
Keempat, PT Bona Bisma Indra (BBI). Perusahaan pelat merah yang bergerak dalam pembuatan mesin industri, pabrik kelapa sawit hingga mesin turbin pembangkit listrik ini sempat terjebak oleh utang-utang perusahaan yang sangat banyak sehingga asetnya banyak tersandera di perbankan. Namun, beberapa bulan terakhir, PT BBI akhirnya bisa hidup kembali.
Di bawah Dirut baru, Lalak Indiyono, berhasil mengurai persoalan manajemen yang selama ini menjadi persoalan utama. PT BBI yang pada tahun 2011 mencatat rugi Rp7,33 miliar ini, ternyata mampu membuat dan memenuhi pesanan kondensor yakni alat untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pesanan pabrikan besar di Eropa untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.
Kelima, PT Batan Tekno (Persero). Perusahaan nuklir pelat merah ini, menjadi rising star di BUMN. Kenapa? Batan Tekno yang pada tahun 2011 mencatat rugi Rp2,98 miliar ini, di bawah kepemimpinan Yudiutomo Imardjoko akan mendirikan pabrik reaktor nuklir untuk keperluan kesehatan atau medis yakni radioisotop di Virginia Amerika Serikat dan mulai beroperasi akhir 2016.
Keenam, PT Industri Kapal Indonesia (IKI). Perusahaan galangan kapal yang berlokasi di Makassar Sulawesi Selatan ini, kembali hidup dari tidur panjang akibat persoalan manajemen.
Perseroan yang pada tahun 2011 mencatat rugi Rp805 juta ini, di bawah Dirut yang baru, Bandung Bismono berhasil membangkitkan kembali PT IKI dan karyawan yang sebelumnya dirumahkan, saat ini sekitar 200 orang sudah mulai bekerja kembali.(dtc/int/ila)