JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Laju pertumbuhan ekonomi mulai tersendat. Pada kuartal II 2019, ekonomi hanya tumbuh 5,05 persen secara year-on-year (yoy). Angka itu melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen.
Jika dilihat secara semesteran, pertumbuhan ekonomi semester I 2019 juga melambat. Yakni, 5,06 persen atau tak setinggi pertumbuhan pada semester I 2018 yang sebesar 5,17 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan keadaan ekonomi global.
"Beberapa negara sudah merilis pertumbuhan semester I. Pekan depan dilanjutkan dengan lebih banyak rilis dari negara-negara lain. Baik yang sudah maupun akan rilis, banyak yang diprediksi melambat," katanya, Senin (5/8).
Tantangan sejak awal 2019 dan ke depan, kata pria yang kerap disapa Kecuk itu, antara lain, perlambatan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekspor impor. Hal itu disebabkan perang dagang yang sejak awal tahun ini diperkirakan tensinya mereda.
Namun, pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata masih sulit diprediksi. Itu turut memengaruhi investasi dan perdagangan global.
Di Indonesia, ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih baik daripada tahun lalu, meski kenaikannya tipis. Dari sisi produksi, industri manufaktur harus menjadi perhatian yang lebih penting ke depan.
Pasalnya, pertumbuhan sektor usaha itu pada kuartal II hanya 3,54 persen, melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal II 2018 yang sebesar 3,88 persen.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku sudah memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Prediksi tersebut didasarkan pada gejala ekomomi dunia.
"Tadinya kan walaupun ekspor kita lambat, impornya masih naik sehingga ekonomi kegiatannya tetap jalan," ujarnya.
Meski demikian, Darmin mengaku tidak terlampau risau. Sebab, dari sektor investasi, menunjukkan sinyal positif. Berdasar penjelasan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, angka investasi diprediksi naik lagi. "Betul ada perlambatan di kuartal II, tapi tak banyak," imbuhnya.
Dia menegaskan, berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hanya, kondisinya memang sedang menurun. "Sebenarnya, kebijakan-kebijakannya sudah keluar; tax holiday, macam-macam. Kami tinggal membuat itu benar-benar membumi," tuturnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan, pihaknya optimistis bahwa investasi akan naik pada kuartal III. Sebab, pada kuartal II pelaku usaha cenderung menahan untuk menyusul adanya imbas setelah tahapan pemilihan umum.
"Sesudah adanya siklus politik ini di kuartal II, kuartal ketiga mulai pick up," ujarnya. Indikatornya mulai terlihat. Pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) sudah di atas 9 persen.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi