Leces Diaktifkan Demi Nasib 2.000 Karyawan

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 06 Desember 2012 - 09:19 WIB

LECES (RP) - Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali mengunjungi PT Kertas Leces (PTKL) Kabupaten Probolinggo, Rabu (5/12).

Kedatangan dirinya itu untuk melihat langsung kondisi terkini salah satu pabrik kertas tertua di Indonesia itu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kedatangan mantan Dirut PLN ini terasa mengejutkan. Pasalnya, dalam waktu yang sama, salah satu komisi di DPR tengah menjadwalkan pertemuan dengan Dahlan. Namun, menteri yang dikenal dengan semboyan “kerja, kerja, kerja” ini memilih datang ke PTKL.

‘’Lebih penting ke sini, ada (hampir, red) 2 ribu karyawan yang nasibnya dipertaruhkan,’’ tuturnya dalam acara penandatanganan MoU (memorandum of understanding) Hutan Tanaman Industri (HTI) antara PTKL dengan Pemkab Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Dahlan mengatakan, selain menandatangani MoU itu, kedatangannya itu sekaligus untuk mengetahui kondisi PTKL saat ini. Termasuk aktivitas kerja para karyawan.

Karena itu, dalam kesempatan kemarin, Dahlan mengapresiasi langkah direksi yang bisa menjadikan PTKL kembali beroperasi.

‘’Lumayan, yang penting sudah bisa menggaji karyawannya,’’ ujar Dahlan. Padahal, sebelumnya, pihaknya sudah memiliki angan-angan untuk menutup pabrik tersebut.

‘’Seandainya hanya 100-200 orang, saya tutup! Betul, saya tutup! Tapi ternyata hampir 2 ribu orang. Kita merenungi nasib karyawan jika pabrik ini ditutup,’’ tegasnya.

Dahlan yang tiba pukul 13.15 WIB disambut Direktur Utama PTKL Budi Kusmarwoto dan jajaran staf PTKL. Selang 10 menit, ia mengikuti presentasi  direktur selama 20 menit.

Selanjutnya, gilirannya memberikan paparan di depan direksi dan staf PTKL serta para undangan.

Paparan Dahlan diawali dengan sikapnya terhadap PTKL. Ia sengaja memilih prinsip cukup keras untuk kebangkitan PTKL. Misalnya menolak pengajuan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp150 miliar untuk PTKL.

‘’Dimodali oleh negara hanya akan membuat malas, manja, tidak kreatif, tanpa solusi,’’ tuturnya.

Belum tentu PMN digunakan untuk kepentingan produksi kertas. Karena itu, ia mencari cara agar PTKL bisa bangkit berkat usahanya sendiri. ‘’Saya lebih bangga kalau PTKL ini bisa hidup tanpa bantuan negara,’’ tegasnya.

Hal itu pula yang membuat Dahlan menunjuk Budi Kusmarwoto menjabat Dirut PTKL. Dengan bekal pengalaman yang panjang, ia menganggap Budi sebagai orang yang tepat untuk membangkitkan kembali PTKL.

‘’Orangnya pinter, banyak akal, banyak jalan keluar. Saya tahu betul itu,’’ ungkapnya.

Ia tak menampik tugas Budi Kusmarwoto di PTKL cukup berat. Terutama untuk menumbuhkan motivasi kerja para karyawan.

‘’Dua tahun ini kan enak kerjanya, santai. Lebih enak dan lebih sering tidur di rumah. Kalau dituntut bekerja lagi, memang bisa menimbulkan masalah berbeda,’’ terangnya.

Dahlan pun meminta para karyawan PTKL membantu tugas Dirut untuk memotivasi rekan kerja mereka. Sebab, komunikasi antarteman, dalam beberapa hal lebih efektif.

‘’Sehingga bisa saling mengingatkan, saling memotivasi, jangan menunggu inisiatif dari direksi saja,’’ kata Dahlan. Dahlan pun menyebut keputusannya menunjuk Budi sebagai Dirut PTKL pada 28 Mei lalu mulai membawa hasil. Itu terbukti dari beberapa perubahan yang terjadi di PTKL.

Bahkan, Dahlan mengaku tak menyangka hasil PTKL saat ini, melebihi dari yang ia harapkan.  PTKL sendiri tidak berproduksi sekitar 2 tahun 1 bulan. Dahlan menyatakan, BUMN ini sejatinya sudah hampir mati. Bahkan, ia mengibaratkan PTKL sudah berada di ruang ICU di rumah sakit.

‘’Sekarang sudah keluar dari RS. PTKL ini hampir mati karena tidak cocok dengan zamannya. Kenapa sekarang mulai bangkit, karena cocok dengan zamannya. Sekarang sudah bagus, bukan hanya untuk PTKL sendiri. Tapi juga bagus untuk negara,’’ terang Dahlan.

Ia juga mengapresiasi terobosan PTKL yang memanfaatkan bahan baku pisang abaca. Apalagi menurut paparan Budi Kusmarwoto, di Jepang, jenis ini digunakan untuk bahan baku pembuatan uang kertas.

‘’Saya setuju. Ini titik terang menuju jalan baru. Ini babak baru,’’ kata Dahlan.

Dahlan menyambut baik MoU dengan Kabupaten Nias Utara yang menyediakan 11 ribu hektare lahan untuk HTI.

Dahlan menyebut peran serta Japan Pulp and Paper cukup besar. Sebab sejak 2008 masih konsisten mendampingi proyek pembuatan pulp jerami hingga sekarang.

Target Laba Rp812 M

Kedatangan Menteri BUMN Dahlan Iskan tak hanya diwarnai senyum gembira. Tapi, juga tangis dari sang Direktur Utama PTKL, Budi Kusmarwoto. Pemandangan itu terjadi pada saat Budi memaparkan kondisi PTKL saat ini.  

Usai menerangkan produksi serat pisang abaca dari Kepulauan Talaud, Provinsi Sumatera Utara, paparan Budi terhenti beberapa saat. Mikropon di tangan kirinya menjauh dari bibirnya.

Berganti telapak tangan kanan yang menutupi daerah mulut dan hidung. Budi menangis sesenggukan.

Kontan suasana dalam aula pertemuan PTKL itu senyap. Hadirin tertegun melihat Budi yang menangis. Apalagi rona wajahnya memerah. Air matanya membanjir di pipi pria yang terlahir di Jakarta ini. Sesekali ia hendak melanjutkan paparannya, namun gagal karena ia kembali menangis.

‘’Maaf... saya tidak bisa...,’’ ungkapnya hendak menyampaikan maksud tertentu namun kalimatnya terputus.

Namun ucapan Budi berikutnya membangkitkan suasana dalam acara tersebut. ‘’Kita (PTKL, red) bisa bangkit!’’ tegasnya. Tepuk tangan pun membahana di ruangan tersebut.

Para karyawan tergugah. Budi menyeka wajahnya dengan sebuah tisu yang baru disiapkan ketika ia menangis.

Budi berusaha melanjutkan paparan tersebut dengan tetap menahan tangis. Ia mengatakan, bahwa kendala paling berat yang dihadapi bukanlah faktor teknis.

Melainkan membangkitkan motivasi para karyawan. ‘’Itu kendala paling berat yang saya hadapi,’’ terangnya.

Ia lantas menceritakan langkahnya sepekan yang lalu. Budi mengaku membuat surat pernyataan yang ditulis berdasarkan pendapatnya sendiri.

‘’Dalam kurun waktu dua bulan, pada Desember-Januari, jika tidak ada kecenderungan positif di perusahaan ini, saya akan keluar (dari PTKL, red). PTKL harus bangkit!’’ tegasnya.

Dahlan Iskan pun ikut larut dalam suasana haru itu. Raut wajahnya mengerut seperti hendak menangis, meskipun air matanya tak keluar. Namun pada saat memberikan pengarahan di depan hadirin, Dahlan buka suara.

‘’Tadi saya juga ikut menangis. Tapi nggak jadi (menangis, red) karena di meja saya nggak ada tisunya,’’ terangnya disambut derai tawa hadirin.

Ia memaklumi tangisan sang Dirut kala menyampaikan paparannya. Apalagi, membangun motivasi adalah kendala paling besar bagi orang yang ditugaskan untuk membangkitkan perusahaan yang sedang terpuruk. ‘’Berat, berat sekali,’’ kata Dahlan.

Sementara itu, Budi memaparkan program penyelamatan aset dan transformasi bisnis PTKL selama 7 tahun. Yakni sepanjang 2010-2016. Hingga saat ini perusahaan masih mengalami kerugian cukup besar. Meski perlahan sudah bisa ditekan.

Pada 2010, kerugian yang diderita yakni minus Rp109 miliar. Lalu pada 2011 minus Rp122 miliar. Pada 2012 bisa ditekan hingga minus Rp30 miliar. ‘’Jadi sebenarnya sekarang masih miskin,’’ seloroh Budi disambut ger-geran hadirin.

Pada tahun itu, laba perusahaan diproyeksikan Rp812 M. Sementara angka equity mencapai Rp 489 M. Dengan begitu, pada 2016 angka equity ditarget Rp966 M.

Equity (modal atau kekayaan perusahaan yang terdiri dari selisih aset dikurangi utang) PTKL juga cukup buruk. Pada 2010 minus Rp415 miliar, 2011 minus Rp547 miliar, dan pada 2012 minus Rp578 miliar. Artinya kondisi keuangan PTKL saat ini masih tetap merugi.

Namun hal itu ditargetkan berubah pada 2013 nanti. Bahkan, pada tahun itu, laba perusahaan diproyeksikan mencapai Rp812 M.

Sementara angka equity mencapai Rp 489 M. Dengan begitu, pada 2016 angka equity ditarget mencapai Rp966 M.(eem/aad/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook