AGAR PERTUMBUHAN EKONOMI TERUS MEMBAIKĀ 

Dorong Pemda Genjot Konsumsi di Masa Resesi

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 06 November 2020 - 08:00 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Pertumbuhan ekonomi di  Riau pada triwulan III 2020 masih menunjukkan angka minus, yaitu -1,67 persen. Meski begitu Bank Indonesia (BI) Riau menyebutkan angka tersebut menunjukkan perekonomian Riau mulai membaik. Pasalnya, pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Riau adalah -3,22 persen. Agar pertumbuhan ekonomi terus membaik di masa resesi ini, pemerintah daerah (pemda) didorong untuk menggenjot konsumsi.

"Kita lihat dari kuartal ke kuartal, tumbuhnya masih lumayan. Kita masih resesi, tapi dari angkanya kita lihat juga ada pertumbuhan. Meskipun negatif, tapi perekonomian di triwulan III lebih baik dibandingkan triwulan II, walaupun belum mendorong ke angka positif," kata Deputi Direktur BI Kantor Perwakilan Provinsi Riau Teguh Setiadi, Kamis (5/11).


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) Riau menurut lapangan usaha (yoy) di triwulan III 2020 yaitu, pertanian 3,95 persen, pertambangan -8,09 persen, industri pengolahan 1,49 persen, konstruksi -5,05 persen, perdagangan dan reparasi -13 persen, dan bidang lainnya -2,67 persen. Sementara pertumbuhan PDRB Riau menurut pengeluaran (yoy), konsumsi rumah tangga -1,67 persen, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) 7,43 persen, konsumsi pemerintah -15,95 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -1,36 persen, dan ekspor 9,54 persen.

Dikatakan Teguh, jika dilihat dari sisi pengeluaran konsumsi pemerintah daerah masih perlu didorong, agar perekonomian Riau dapat berputar dan menunjukkan pertumbuhan yang membaik. Ia juga menyebutkan berbagai kendala yang menyebabkan terhambatnya konsumsi pemerintah juga harus segera diselesaikan. "Banyak anggaran daerah yang jumlahnya lebih dari Rp200 triliun ngendog di bank. Konsumsi pemerintah ini perlu didorong," ujarnya.

Sementara itu pengamat Ekonomi Dr H Edyanus Herman Halim SE MS  mengatakan, meskipun tumbuh masih negatif, Riau harus beryukur karena angka perekonomian yang mulai membaik, meskipun belum seperti yang diharapkan. "Dari minus tiga ke minus satu, ini sudah menunjukkan perbaikan meskipun belum seperti yang diinginkan," ucapnya.

Edyanus mengatakan, saat ini pemerintah harus lebih berfokus dalam mendorong pergerakan perekonomian masyarakat dari berbagai lapisan. Hal ini harus dilakukan karena berefek pada konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, pemerintah dapat mewujudkannya dengan memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung, terutama mendorong kiprah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam meningkatkan pertumbuhan usaha.

"Selain itu memberikan dukungan permodalan untuk para UMKM agar bisa kembali berusaha," ucapnya.

Tak hanya itu, untuk menggerakkan perekonomian, dijelaskan Edyanus, pemerintah juga harus mengedapankan protokol kesehatan yang tidak menghambat dinamika perekonomian. Kemudian, belanja pemerintah juga harus dioptimalkan ke arah sektor produktif untuk pertumbuhan ekonomi, seperti pertanian, jasa, dan perdagangan.

"Saya optimis di triwulan IV perekonomian akan semakin membaik. Mudah-mudahan proses pemilihan presiden di Amerika Serikat lancar dan ada kepastian, sehingga investor akan mulai melakukan tindakan ekonomi. Dengan demikian, pelaku ekonomi mulai berinvestasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ada harapan bagi masyarakat, pandemi mulai terkendali, sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan kegiatan usaha, dan akan ada serapan tenaga kerja," ujarnya

Masa Sulit Ekonomi Telah Terlewati

Kepala BPS Suhariyanto menggarisbawahi, meski ekonomi pada kuartal III tercatat minus, namun sejatinya realisasi itu membaik jika dibandingkan dengan raihan kuartal II. Hal itu memang bukan isapan jempol semata. Perbaikan memang terlihat dari berbagai indikator. Di antaranya yakni mayoritas lapangan usaha yang sudah mulai merangkak tumbuh. Ada perbaikan di sana. 

"Masih kontraksi tapi tidak sedalam kuartal kedua dan arahnya harus diperbaiki dengan semangat optimisme bersama," ujarnya di Jakarta, kemarin. 

Jika dilihat dari lapangan usaha pada kuartal III, sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam yakni -16,7 persen. Kontraksi itu membaik dibanding kuartal II yang tertekan hingga -30,80 persen. "Kalau menurut sub sektor yang mengalami menurunan masih dalam adalah angkutan udara," imbuh Suhariyanto. 

Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, meski resesi, tetapi masa-masa sulit ekonomi telah terlewati. Sebab, tren perbaikan terjadi pada kuartal III. 

"Perbaikan atau turning point di kuartal III menunjukan the worst is over, hal yang terburuk dari dampak Covid-19 yang terjadi di kuartal II sudah kita lewati dan sekarang kita dalam tahap pemulihan," jelasnya.(dee/jpg/ted) 

Laporan: ANNAFI MUJAWAROH (Pekanbaru)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook