JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PERBANKAN nasional tengah menggenjot inklusi dan literasi keuangan masyarakat. Salah satunya, bertransaksi menggunakan quick respons Indonesian Standard (QRIS). Tak hanya mendorong penggunaan di dalam negeri, namun juga implementasi QRIS lintas batas (cross border).
Salah satunya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Untuk mendukung inisiatif QRIS cross border, QRIS-BRI>QRIS BRI telah dapat menerima pembayaran masyarakat antarnegara. Yang saat ini dengan Thailand dan akan terus diperluas ke negara lainnya. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
‘’Maka akan semakin tinggi potensi transaksi pembayaran menggunakan QRIS cross border. Dan BRI akan semakin memperluas titik akseptasi pembayaran QRIS pada pedagang atau merchant,” kata Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto, Selasa (4/4).
Keberhasilan penetrasi QRIS dibuktikan dengan peningkatan sales volume QRIS dalam setahun terakhir. Hingga Februari 2023, telah meningkat 1.300 persen year-on-year (YoY) dari Rp108 miliar menjadi Rp1,5 triliun. Mayoritas digunakan sebagai payment transaction atau pembelian barang/jasa dari masyarakat ke merchant.
Andirjanto menyebutkan, pihaknya telah memiliki strategi untuk terus meningkatkan kinerja QRIS. Antara lain, meningkatkan akuisisi nasabah dan penetrasi user BRImo. Dengan demikian, nasabah bisa bertransaksi secara digital, memperluas jaringan QRIS, meningkatkan penetrasi QRIS pada merchant, serta memperkuat sistem dan menjaga reliability.
“BRI terus memberikan edukasi kepada merchant untuk terus bertransaksi dengan QRIS dan memberikan pemahaman atas kemudahan yang diberikan oleh BRI Merchant Apps. untuk mempermudah merchant untuk tracking transaksi dan meningkatkan awareness terhadap keuangan merchant,” beber Andrijanto.
Digitalisasi pembayaran erat kaitannya dengan inklusi keuangan. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan empat kunci untuk meningkatkan inklusi keuangan. Yakni, mengembangkan ekosistem, infrastruktur digital, penguatan data, dan memperkuat literasi keuangan serta perlindungan konsumen.
Dalam The 1st ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) lalu, Perry menyatakan, konektivitas sistem pembayaran dapat mendukung pemulihan ekonomi dan inklusi keuangan di kawasan. Sistem pembayaran yang terintegrasi juga akan mengurangi risiko global terhadap kawasan.
‘’Penggunaan local currency transaction pada perdagangan, investasi, pasar keuangan, dan pengiriman uang akan dapat mengurangi ketergantungan ekonomi dan mata uang utama kita. Mengurangi volatilitas kita untuk memperkuat stabilitas eksternal kita,” tegasnya.(esi)
Laporan JPG, Jakarta