PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Di masa pandemi Covid-19, perhotelan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak akibat virus asal Wuhan, Cina ini. Tahun 2020 menjadi tahun yang membuat berbagai pihak perhotelan bekerja dan berpikir keras agar hotel bisa bertahan.
Pada 2021, perlahan-lahan, seiring dengan membaiknya perekonomian, sektor perhotelan juga mulai bangkit kembali. Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Riau Lusiyanti mengatakan, sektor perhotelan di Riau, Pekanbaru khususnya mengalami peningkatan pada triwulan I 2021, kemudian kembali menurun hingga triwulan III akibat munculnya varian baru Covid-19, yaitu varian delta.
"Triwulan pertama mulai bagus, lalau triwulan II muncul varian delta, dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kembali diberlakukan, drop lagi," katanya, Rabu (5/1).
Lusiyanti menuturkan, memasuki triwulan IV menjadi awal yang baik bagi perhotelan, di mana tingkat okupansi hotel hampir mendekati situasi normal sebelum pandemi.
Tahun 2021, juga sudah banyak iven yang dilaksanakan di hotel, seperti pertemuan, wedding, dan lain-lain, meski masih dilakukan secara terbatas. "Untuk hotel ada aturan. Maksimal harus 50 persen dari kapasitas ruangan, tidak boleh makan secara prasmanan atau harus takeway. Ini pengaruhnya ke wedding, meskipun ada revenue-nya tapi tak seperti saat sebelum pandemi," ucapnya.
Dikatakan Lusiyanti, okupansi perhotelan di Pekanbaru didominasi oleh perjalanan bisnis. Adanya aturan yang mewajibkan swab PCR sebelum penerbangan, selain mempengaruhi jumlah penumpang pesawat juga berimbas pada perhotelan. Namun, ia bersyukur sekarang pemerintah sudah mengizinkan penggunaan swab antigen untuk penerbangan.
"Ini pengaruhnya besar sekali. Setelah boleh pakai antigen saja, efeknya sangat positif pada kunjungan ke hotel," tuturnya.
Menurut Lusiyanti, tamu-tamu bisnis di hotel berasal dari berbagai daerah. Selain dari Riau sendiri juga ada dari Medan, Jakarta, Sumatera Barat, dan daerah-daerah lain. "Internasional tidak ada sama sekali, karena di Riau tamu-tamu asing itu kebanyakan dari Malaysia dan Singapura. Karena penerbangan untuk luar negeri tutup, jadi tidak ada," kata General Manager Grand Elite Hotel ini.
Selain tamu bisnis, tamu-tamu dari Pekanbaru dan kota/kabupaten lain di Riau juga mengisi okupansi di perhotelan, terutama di akhir pekan.
Tak hanya itu, diakui Lusiyanti, sektor perhotelan juga tidak sedikit yang merumahkan karyawannya di awal-awal pandemi. Namun, seiring membaiknya perkonomian, karyawan-karyawan yang dirumahkan sudah mulai dipanggil untuk bekerja kembali meski belum semuanya.
Meskipun naik turun okupansi di 2021, Lusiyanti menegaskan, sektor perhotelan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, sesuai dengan anjuran pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan hotel. Bahkan, pihak-pihak hotel juga telah memiliki sertifikat Cleanliness, Healthy, Safety & Environment (CHSE). Sertifikasi CHSE ini diberikan kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata dan juga produk pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan.
"Kita selalu kampanyekan penaatan prokes dan memastikan hotel kita sehat dan bersih, serta makanannya terjamin. Kami juga telah menggunakan aplikasi PeduliLindungi di pintu masuk hotel, untuk memastikan tamu sudah divaksin," jelasnya.
Lusiyanti berharap, ke depannya pemerintah masih melonggarkan aturan-aturan yang mempersempit perjalanan. Menurutnya, selama pandemi, ada banyak orang yang terhambat bisnis dan perjalanan. Ia juga mengharapkan agar pemerintah lebih memperhatikan sektor perhotelan.
"Saya yakin kalau aturan perjalanan tidak dipersempit, 2022 in sya Allah okupansi akan sangat bagus," tuturnya.(anf)