Kambuh Tiap Akhir Pekan, KPK Pelajari Penyakit Nunun

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 06 Januari 2012 - 09:15 WIB

JAKARTA (RP)- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memang terus mendalami kasus suap cek pelawat dengan tersangka Nunun Nurbaeti.

Namun lembaga antikorupsi yang dipimpin Abraham Samad itu memang disulitkan dengan kondisi Nunun yang kerap sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kini KPK pun mendalami penyakit Nunun yang kerap kambuh hanya dalam akhir pekan sehingga istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu harus dibawa ke rumah sakit.

‘’Kami memang sedang mendalami kebiasaan itu. Coba perhatikan saja, Nunun selalu sakit dan harus dibawa ke RS tiap akhir pekan. Kalau tak Jumat ya Sabtu,’’ kata seorang pegawai KPK yang intens mengurus kasus Nunun.

Bahkan menurut sumber ini, sering kambuhnya penyakit Nunun jadi perhatian para pimpinan KPK.

Memang seperti yang diketahui, sudah dua kali Nunun harus dibantarkan dari Rutan Klas I Pondok Bambu ke RS. Yang pertama pada Jumat (23/12 2011). Dia dibantarkan RS Abdi Waluyo di kawasan Menteng lantaran kesehatannya menurun. Nunun pun lalu dikembalikan ke Rutan pada Senin (26/12 2011).

Sedang yang kedua Jumat (30/12/2011). Saat itu Kepala Rutan Pondok Bambu Herlin Chandrawati mengatakan, tekanan darah Nunun sangat tinggi, 180/100. Tak mau ambil risiko, pihak Rutan pun langsung membantarkannya ke RS Polri Kramat Jati.

Sama seperti sebelumnya, penggemar tas mewah Hermes itu pun lalu dikembalikan ke Rutan pada Senin (2/1) lalu.

Namun, lanjut sumber itu, saat dokter KPK memeriksa, memang menemukan kondisi Nunun lemah. Tekanan darahnya pun juga sangat tinggi.

‘’Tapi KPK tetap mempelajari itu. Makanya kita lihat saja apa dalam akhir pekan ini Nunun kembali jatuh sakit lagi,’’ katanya.

Terpisah, juru bicara KPK Johan Budi mengaku belum tahu kebiasaan Nunun yang selalu sakit pada akhir pekan itu jadi perhatian khusus para pimpinan KPK. Namun yang jelas, KPK sangat memperhatikan kesehatan Nunun.

‘’KPK sangat bertanggung jawab dengan kesehatan Nunun. Selain faktor kemanusiaan, kesehatan Nunun juga sangat penting agar bisa menuntaskan kasusnya,’’ katanya.

Terpisah, Mulyaharja, kuasa hukum Nunun sangat menyesalkan bila ke depannya KPK sampai menghalang-halangi perawatan Nunun.

‘’Ibu NN (Nunun) itu benar-benar sakit, hal tersebut sudah dibuktikan dengan pemeriksaan yang dilakukan dokter KPK, dr Andreas (dokter pribadi), Prof Yusuf Misbach (MMC), dokter RS Polri, dokter Rutan Pondok Bambu, didukung rekam medis ibu dari RS di Indonesia maupun, RS Singapura dan Thailand,’’ kata Mulyaharja.

Menurutnya, hasil pemeriksaan pihak-pihak ini membuktikan Nunun memiliki riwayat stroke sehingga merusak fungsi memori otaknya yang kemudian jadi amnesia. Kini penyakit Nunun dianggap mengarah pada dimensia tipe alzheimer karena sudah makin kompleks kerusakan memori otaknya.

Penyakit Nunun, kata Mulyaharja sudah lama diderita karena faktor genetika. Setidaknya, mulai agak parah pada 2009 di mana Nunun kena serangan stroke.

Karenanya, perempuan yang ditangkap di Thailand itu memutuskan berobat ke Singapura Maret 2010. ‘’Dokter Singapura merasa terganggu dengan kehadiran wartawan Indonesia sehingga tak mau lagi mengobati ibu. Maka pada 2011 ibu memutuskan berobat ke Bangkok,’’ ujarnya.

Apa kini Nunun sehat dan tak ada kemungkinan sakit lagi mengingat hari ini adalah Jumat? ‘’Lumayan,’’ jawab Mulyaharja.

Sementara itu, kemarin KPK terus memanggil para pihak sebagai saksi untuk tersangka Nunun. Salah satunya Emir Moeis, petinggi PDIP yang juga disebut-sebut terlibat kasus suap cek pelawat. Namun hingga sore kemarin Emir tak kunjung datang.

Juru bicara KPK Johan Budi mengaku, pihaknya sama sekali tak menerima pemberitahuan dari Emir atas ketidakhadirannya memenuhi panggilan sebagai saksi. Emir memang beberapa kali dipanggil namun kerap mungkir. Meski begitu, KPK belum memutuskan akan memanggil paksa Emir.

‘’Yang pasti kami akan kembali melayangkan surat pemanggilan,’’ kata Johan.

Memang, peran Emir sangat sentral dalam kasus itu. Dalam persidangan sebelumnya, Dudhie Makmun Murod pernah mengaku, dia dan Emir adalah pihak yang bertugas membagi-bagikan cek pelawat ke para politisi PDIP lainnya. Meski akhirnya Emir mengaku telah mengembalikan uang tersebut.

Selain Emir, kemarin KPK juga memeriksa saksi lainnya. Yakni Tutur yang merupakan cash officer Bank Artha Graha. Menurut Johan, pemeriksaan Tutur sama seperti saksi lainnya, yakni untuk membantu pengungkapan kasus.(kuh/dim/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook