JAKARTA (RP) - Pencurian minyak mentah (crude oil) milik Pertamina di sepanjang jalur pipa Sumatera Selatan diperkirakan sebanyak 230 ribu barel selama tujuh bulan pertama tahun ini. Jika dikalikan rata-rata harga minyak saat ini kerugian Pertamina diprediksi mencapai Rp 220 miliar.
"Ini memang sudah tidak bisa dikategorikan sebagai pencurian, tetapi sudah penjarahan karena begitu masif dan terencana," ujar Manajer Humas Pertamina EP, Agus Amperianto saaat dihubungi kemarin. Dari hasil penelusuran Pertamina, modus yang dilakukan para pelaku antara lain dengan melubangi pipa pada beberapa titik, minimal empat titik di daerah yang dianggap aman.
Minyak yang bocor itu bisa langsung disedot dengan selang ke truk atau kendaraan-kendaraan yang memang dipersiapkan untuk mengangkut minyak dalam jumlah besar. Selain itu, seringkali ditemukan rumah hunian yang berada di atas pipa penyalur ternyata juga melakukan pencurian didalamnya. "Ada juga yang ditampung dulu di kolam-kolam sebelum diangkut," terangnya
Jika awal-awalnya masyarakat hanya menampung minyak yang bocor dari pipa, beberapa tahun ini nampaknya penadah yang lebih aktif. Mereka sengaja menyuruh masyarakat sekitar untuk melubangi pipa-pipa minyak Pertamina."Ada hubungan saling menguntungkan dengan penadah yang lantas menjual ke kilang-kilang ilegal yang ada di sekitar lokasi. Ini yang susah diberantas," sebutnya
Pertamina EP mengaku banyak sekali masalah di jalur pipa minyak Tampino-Plaju sepanjang 265 kilometer. Kejadian bocor (leaking) saja mencapai 148 kasus di tahun 2010, namun berangsung dapat ditekan. Sementara kasus pencurian (illegal tapping) justru terus meningkat (lihat grafis-red). "Total minyak kita yang hilang (hingga Juli) 230 ribu barel, dengan kerugian Rp 220 miliar," ungkapnya
Terkait kebakaran yang terjadi Rabu (3/10) pagi, Pertamina selaku pemilik pipa bersama Elnusa selaku pelaksana operasional penyaluran minyak, terus mengupayakan percepatan penanggulangan di sekitar lokasi kebakaran. Pengaliran minyak berjalan normal paska api dapat dipadamkan. " Hingga Kamis (4/10), Pertamina sudah mengalirkan minyak sebanyak 6.000 barel," lanjutnya.
Pihaknya menduga kebakaran tersebut akibat ulah tidak bertanggungjawab dari pelaku pencurian minyak. Tim Pertamina dan Elnusa menemukan barang bukti yang digunakan pelaku pencurian yakni clamp 8 inchi, valve ukuran 1,5 inchi yang terpasang pada pipa minyak Tempino-Plaju milik Pertamina. "Para pelaku menyalurkan minyak menggunakan pipa PVC ke kolam-kolam penampungan sekitar 30 meter dari pipa," tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Migas Evita Herawati Legowo mengatakan, untuk mengatasi masalah pencurian minyak yang terjadi di sejumlah daerah, terutama di Sumatera Selatan, Pemerintah telah membentuk tim khusus yang terdiri dari Kementerian ESDM, BP Migas, Pertamina, Kemenko Polhukam dan Kepolisian. "Kita bikin tim terpadu untuk mengatasi pencurian minyak ini," terangnya.
Evita mengemukakan, pencurian minyak cukup besar telah terjadi di Sumatera Selatan dan mengakibatkan kerugian negara. Sedangkan pencurian minyak yang terjadi di Cepu, jumlahnya kecil dan sudah lama terjadi serta dilakukan secara tradisional. "Pencurian minyak di Cepu, di sumur-sumur tua, ditimba saja sama dia (pencuri). Sangat tradisional. Kebanyakan untuk dipakai sendiri," jelasnya (wir)
Jalur Pipa Minyak Tampino-Plaju
(Wilayah Sumatera Selatan)
Pencurian (Ilegal Tapping)
2010 = 129 kasus
2011 = 429 kasus
2012* = 506 kasus
Kebocoran (Leaking)
2010 =148 kasus
2011 =97 kasus
2012* = 88 kasus
Ket * : sampai Juli
Sumber : Pertamina EP