Teliti Fee Proyek PON

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 05 April 2012 - 08:25 WIB

PEKANBARU (RP) - Juru bicara KPK Johan Budi SP juga menyatakan penyidik KPK terus mendalami kasus dugaan korupsi pengadaan venue PON XVIII Riau 2012, termasuk soal komitmen fee terhadap para tersangka.’’Kita sedang teliti , apakah hanya Rp900 juta atau ada yang lainlagi,’’ terangnya.

Johan kembali membeberkan, bahwa kasus ini berawal dari pengaduan masyarakat. Lantas penyidik KPK melakukan pengembangan hingga menangkap tujuh anggota DPRD Riau, yakni inisial MFA, AA, RS, TA, TM, MD dan II. Juga 4 orang swasta RS, BT, SW dan D serta dua staf Dispora Provinsi Riau ED dan RR.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sebelum melakukan tangkap tangan, tim KPK tenyata sudah mengincarnya sejak beberapa hari lalu di Pekanbaru. Baru Selasa (3/4) pukul 17.30 WIB berhasil menyiduk yang diduga mengetahui atau mendengar proses proyek itu.

Menurut Johan, penangkapan yang berlangsung Selasa (3/4) lalu, dilakukan di tiga tempat berbeda. Pertama, terjadi di sebuah rumah kediaman MFA di daerah Aur Kuning, Kecamatan Bukitraya,  pukul 17.30 WIB.

KPK menangkap MFA bersama tiga orang dari Dispora dan swasta. ‘’Dalam proses penangkapan, kita temukan  sejumlah uang. Menurut pengakuan yang kita tangkap nilainya Rp900 juta,’’ ujar Johan  di Kantornya, Rabu (4/4).

Dari rumah MFA, penyidik menuju Kantor DPRD Riau di Jalan Jenderal Sudirman. Dari sana KPK menangkap enam anggota DPRD Riau, yakni AA, RS, TA, TM, MD dan II. Terakhir, dari pihak swasta ditangkap di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Hitung Uang di Teras  

Pukul 18.30 WIB, Selasa (3/4) di Perumahan Aur Kuning, Jalan Aur Kuning, Marpoyan, tiga anggota (KPK) langsung menyerakkan dua bungkus dan dua tas berisi uang tunai di teras rumah bernomor J-24 milik anggota DPRD Riau, Faisal Aswan. Uang itu dihitung di teras rumah disaksikan beberapa satpam perumahan dan warga. ‘’Dari jumlah bloknya, estimasi saya lebih dari Rp800 juta,’’ ujar Abeng, warga yang tinggal di depan rumah Faisal, kepada Riau Pos, Rabu (4/4) kemarin.

Menurutnya kejadian itu terjadi saat dia pulang dari menjemput anaknya sekolah pukul 17,30 WIB. Ia melihat banyak mobil parkir di depan rumah. Mobil pick-up bertuliskan Karang Taruna diparkir paling depan, lalu mobil dinas X Trail milik Faisal, dan sebuah CRV putih.

Berdasarkan pantuan Riau Pos, Rabu (4/4) siang kemarin rumah Faisal terlihat sepi, dan ada dua mobil berplat merah bertuliskan Karang Taruna. Sementara di dalam rumah kosong. Karena terletak di tengah-tengah komplek, di rumah tersebut seakan tidak ada kejadian berarti.

Perumahan Aur Kuning merupakan perumahan cukup elit. Setiap kendaraan keluar masuk komplek, selalu ditanya petugas di pos yang merupakan satu-satunya pintu masuk dan keluar. ‘’Kalau bukan warga perumahan akan dimintai identitasnya,’’ sebut Boiman, satpam perumahan itu saat Riau Pos datang kemarin.  

Namun, saat kejadian Selasa sore kemarin, Boiman sudah habis jam kerja dan ia sudah pulang. Saat itu yang jaga adalah E (inisial satpam yang tidak ingin disebutkan namanya). Dari Abeng Riau Pos berhasil menemui E. Menurut E, petang itu, ada sebuah mobil CRV putih yang menanyakan rumah Blok I nomor 7, karena rumah tersebut kosong ia pun mengatakan sesuai kenyataan.

‘’Lalu mereka bilang bukan itu, tapi Blok G nomor 7, kosong juga saya bilang, lalu mereka emosi dan menunjukkan identitas, katanya tugas negara dan ada tulisan KPK. Lalu saya tanya sebenarnya mereka cari rumah siapa? Lalu dijawab, Faisal Aswan,’’ cerita E coba mengingat saat berbincang dengan Riau Pos di dampingi Abeng di pos jaga mereka.

Karena E mengenal Faisal, ia pun bersedia menunjukkan dan masuk ke mobil CRV putih itu. Di dalamnya sudah ada dua anggota KPK dan seorang supir.

Kedatangan KPK ini, dilanjutkan E, selang satu menit saat Faisal masuk, beberapa menit kemudian mobil pick up dengan tulisan Karang Taruna sudah lebih dulu masuk. ‘’Saya yang membuka pintu masuk, mereka datang dalam waktu yang tak begitu lama,’’ lanjutnya.

Di tempat kejadian, begitu Faisal turun dan ingin menuju pick-up, anggota KPK langsung mendatanginya. Saat itulah baru E mengetahui kalau hal tersebut terkait penangkapan kasus korupsi.  Setelah satu jam, pukul 18:30 WIB datang lagi satu mobil Avanza hitam, berisi satu anggota KPK. Lalu mereka langsung membuka semua tas di teras rumah Faisal, dihitung disaksikan beberapa warga dan satpam perumahan.

Rumah Blok J-24 itu bukanlah rumah yang didiami melainkan dikontrak untuk keperluan lain. Faisal jarang tinggal di sana karena lebih banyak hanya untuk berganti mobil dan kemudian keluar lagi, setiap hari. Keluarganya dikabarkan tinggal di Yogyakarta.

Saat Riau Pos berkunjung ke Perumahan Aur Kuning Blok J 24, Jalan Aur Kuning di kawasan Marpoyan, rumah Faisal kosong. Rumah bercat merah muda itu tanpa pagar dan di depannya tumbuh pohon ketapang rindang. Dari luar rumah itu tampak kurang dirawat.

Dua mobil terparkir di halaman rumah. Satu mobil dinas BM 1252 TP merek Nissan X-Trail dan satu lagi pick up Nissan Frontier BM 9932 TF. Keduanya berwarna hitam dan ditempeli lambang Karang Taruna.

Tampaknya saat dibawa KPK dari rumah tersebut sang penghuni dalam keadaan terburu-buru. Sehingga dua pintu besi di depan dan samping rumah tidak terkunci. Sedang plastik selubung mobil tergeletak di teras halaman, depan mobil pick up.E melanjutkan, justru Faisal memiliki rumah di komplek tersebut pada blok I nomor 7.

Saat Riau Pos melihat rumah dimaksud justru tidak ada aktivitas sama sekali dan rumput di depan rumah tersebut sudah menyemak belukar karena tidak pernah ditinggali yang bersangkutan.

‘’Dia (Faisal) tampak tenang, dan sempat bilang maaf karena sudah mengganggu sebentar,’’ ucapnya menirukan Faisal saat penangkapan. (yud/fat/egp/zed/ali/ans/rul/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook