JAKARTA (RP) - PT PLN (Persero) mendukung kebijakan akses terbuka pada infrastruktur pipa gas. Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Suryadi Mardjoeki mengatakan, kebijakan open access menguntungkan bagi konsumen.
Sebab, hal tersebut bisa menciptakan buyer market. Artinya, konsumen bisa memperoleh pilihan untuk membeli gas.
‘’Jadi konsumen bisa membeli gas dari manapun itu. Dan dengan begitu, tarif gas bisa sesuai dengan keputusan BPH (Badan Pengatur Hilir) Migas,’’ ujarnya kepada JPNN Ahad (3/11). PLN merupakan konsumen PT PGN (Persero).
Dia menjelaskan, saat ini pihaknya harus membeli gas dari PGN dengan harga yang lebih tinggi. Misalnya pasokan gas yang diterima untuk PLTG Muara Tawar. Untuk menerima pasokan tersebut, pihaknya harus membayar biaya transportasi Rp750 per meter kubik.
‘’Itu setara dengan 2,3 - 2,5 dolar AS per juta kaki kubik (mmscf). Kalau digabungkan dengan harga gasnya, kami beli gas dengan nilai 9,6 dolar AS per mmscf,’’ ungkapnya.
Padahal, lanjut dia, tarif transportasi gas yang diputuskan untuk transportasi ke PLTG Muara Tawar hanya 1,47 dolar AS per mmscf. Dengan biaya tersebut, rata-rata total pembelian pasokan gas dari PGN mencapai 9,5-9,8 dolar AS per mmscf.
‘’Tarif ini kan lebih tinggi daripada tarif yang telah diputuskan oleh BPH Migas. Kalau sudah ada pasar bebas, harga bisa lebih rendah karena ada persaingan,’’ jelasnya.
Sebelumnya, Head of Corporate Communication PGN Ridha Ababil mengatakan, pihaknya kesulitan dalam menerapkan akses terbukan pada pipa mereka. Sebab karakteristik infrastruktur mereka, terutama pipa distribusi, masih belum memenuhi standar akses terbuka.
‘’Pasar gas di Indonesia sampai saat ini masih terpisah-pisah. Pipa kami pun dibuat sesuai dengan konsumsi yang ada di sana. Kalau perlunya ketebalan 10 inchi ya itu yang dipasang. Jadi tidak bisa dibuat akses terbuka. Istilahnya jalan kampung mau dilalui banyak mobil. Pastinya harus lebarkan menjadi jalan tol dulu,’’ jelasnya.(bil/sof/jpnn)