Riskan Naikkan Harga BBM

Ekonomi-Bisnis | Kamis, 04 Oktober 2018 - 12:24 WIB

Riskan Naikkan Harga BBM
ISI BAHAN BAKAR: Petugas mengisi bahan bakar minyak dalam tangki mobil di salah satu SPBU di Jakarta, baru-baru ini. (ISMAIL POHAN/JPG)  

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah melambungnya  harga minyak dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai  masih riskan. Sebab, konsumsi rumah tangga saat ini masih melambat di angka  4,9–5 persen. Masyarakat juga dibebani kenaikan suku bunga acuan Bank  Indonesia (BI).

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menyatakan, meski pada September terjadi  deflasi 0,18 persen, menaikkan harga BBM subsidi dinilai belum pas. ’’Deflasi  cuma temporer karena harga di tingkat produsen sebenarnya sudah naik. Tinggal  tunggu waktu ke harga jual konsumen,’’ ujarnya, kemarin (3/10).

Menurut dia, pemerintah perlu mempertimbangkan mitigasi risiko kenaikan  BBM ke sektor riil dan pelaku usaha. Sebab, jika harga BBM dinaikkan tanpa  mitigasi risiko ke perekonomian, langkah itu bisa menjadi blunder bagi  pemerintah. 
Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Penambahan anggaran subsidi energi dalam APBN ke Pertamina dinilai cukup tepat menahan harga BBM hingga akhir tahun. Pemerintah memang bersikukuh tidak menaikkan harga BBM bersubsidi seperti solar dan minyak  tanah serta premium hingga akhir tahun.

Harga solar saat ini masih bertahan di Rp5.150 per liter, minyak tanah Rp2.500  per liter, dan premium Rp6.450 per liter. Meski begitu, harga BBM nonsubsidi  masih bisa dinaikkan guna menekan kerugian badan usaha BBM. ’’Penggunanya  adalah kalangan kelas menengah dan atas. Jadi, kenaikannya masih bisa ditoleransi asalkan tidak terlalu tinggi,’’ terangnya.

Salah satu badan usaha BBM yang telah menaikkan harga jual adalah PT Shell  Indonesia. Perusahaan asal Belanda itu menaikkan harga dua kali dalam sebulan.  Berdasar data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Shell  menaikkan harga BBM pada 17 September 2018 dan 28 September 2018.  

Kenaikannya mulai Rp250 per liter sampai Rp500 per liter. Harga BBM reguler  Shell yang beroktan 90 naik menjadi Rp9.900 per liter dari sebelumnya Rp9.400  per liter. Kenaikan harga tersebut membuat harga jual BBM Shell kini paling  mahal jika dibandingkan dengan badan usaha BBM lainnya seperti Total,  Pertamina, maupun Vivo.

Sementara itu, Pertamina masih bungkam saat ditanya tentang rencana kenaikan  harga BBM. Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Pahala N Mansury  menuturkan bahwa pihaknya belum bisa memastikan adanya rencana kenaikan  harga BBM untuk pertalite dan pertamax series.(vir/nis/c14/oki/das)

(Laporan JPG, Jakarta)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook