JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional tumbuh signifikan. Sepanjang 2018 lalu, kontribusi industri kreatif terhadap PDB nasional mencapai Rp1.000 triliun. Karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penambahan sebanyak 2.000 pelaku industri kreatif baru tahun ini.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pemerintah sedang memprioritaskan peningkatan kualitas SDM. Termasuk, sektor industri. ”Kami terus menciptakan SDM industri yang terampil dan kreatif. Misalnya, kami bantu dengan pelatihan desain dan penggunaan teknologi modern agar lebih produktif dan inovatif,” ujarnya kemarin (3/1).
Tahun ini Kemenperin berharap diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja) di Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar bisa melahirkan pelaku-pelaku industri kreatif baru. Antara lain, para lulusan pelatihan di bidang animasi, programming, desain grafis, game, dan kerajinan.
Agus optimistis, melalui fasilitas seperti BDI, pemerintah mampu menelurkan beragam perusahaan rintisan (start-up). ”Di sinilah mereka membangun ekosistem inovasi. Maka, akan lahir terobosan ide yang luar biasa,” katanya. Dia lantas mencontohkan terciptanya jenis aplikasi yang membantu pelayanan kesehatan dengan mendatangkan dokter ke rumah untuk memeriksa pasien.
BDI Denpasar, menurut Agus, merupakan salah satu fasilitas unggulan pemerintah. Dia mengapresiasi para peserta diklat di Pulau Dewata itu karena mampu menciptakan produk industri kreatif yang berpotensi menembus pasar ekspor. ”Contohnya produk fashion, perhiasan, dan kerajinan keramik. Para peserta diklat bisa meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Kreatif Erik Hidayat mengatakan bahwa saat ini jumlah penduduk usia produktif amat besar. SDM golongan itulah yang harus disiapkan menjadi tenaga terampil. Merekalah yang akan menjawab tantangan fenomena ekonomi digital yang menjadi bagian dalam ekonomi kreatif.
Hasil riset terbaru dari laporan e-Conomy SEA 2019 oleh Google, Temasek, dan Bain Company menyebut tren pertumbuhan ekonomi digital ASEAN pesat. Termasuk Indonesia. Tahun ini internet ekonomi Indonesia diproyeksikan bisa mencapai USD 40 miliar. Riset itu juga melaporkan bahwa tingkat pertumbuhan Indonesia mencapai 49 persen atau paling pesat di Asia Tenggara.
Pertumbuhan ekonomi digital itu mencakup lima sektor. Yakni, e-commerce, media daring, transportasi berbasis aplikasi daring, wisata dan perjalanan, serta jasa keuangan digital.
”Indonesia harus dapat memetik manfaat optimal dari bonus demografi yang akan diperoleh pada 2035 mendatang. Karena itu, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi pemerintah dan dunia usaha mempersiapkan bonus demografi tersebut,” ujar Erik.(agf/c25/hep/jrr)