EKONOMI BISNIS

Arus Modal Akan Membaik

Ekonomi-Bisnis | Senin, 04 Januari 2016 - 10:47 WIB

Arus Modal Akan Membaik
Mirza Adityaswara

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Fundamental ekonomi Indonesia diprediksi membaik tahun ini. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, perbaikan didorong sentimen positif seiring kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang menandai berakhirnya ketidakpastian di pasar.

”The Fed sudah menaikkan suku bunga. Ketidakpastian di pasar mereda. Namun, kalau naiknya sekitar 0,5 persen hingga 1 persen secara lambat dan bertahap, itu akan membuat inflow membaik,” ujarnya akhir pekan lalu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

   Mirza menuturkan bahwa The Fed memang masih berencana menaikkan suku bunga lagi tahun ini secara gradual. Langkah hati-hati The Fed tersebut akan memberikan dampak pada pasar. ”Itu akan memberikan dampak positif di pasar,” tambah anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ex-officio BI itu.

Di sisi lain, perekonomian Cina diprediksi masih melambat pada semester I 2016. Namun, kondisinya pada semester II diperkirakan membaik sehingga harga komoditas lebih stabil dan pasar keuangan lebih baik. Selain itu, sentimen negatif dari dalam negeri akan berkurang.

   Dia memprediksi, inflasi 2016 berada di level 4,4 persen–4,7 persen. Regulator optimistis target inflasi sesuai sasaran. Sebab, inflasi pada akhir 2015 diprediksi berkisar 3 persen. Angka itu jauh di bawah target yang ditetapkan, yakni 4 persen plus minus 1 persen. Lalu, target pertumbuhan ekonomi 2016 dipatok 5,2 persen–5,6 persen.

   ”Indikator domestik, outlook-nya bisa terjaga dengan baik dan votalitasnya akan berkurang. Estimasi pertumbuhan PDB dari BI berkisar 5,2 persen hingga 5,6 persen. Mudah-mudahan bisa membawa persepsi positif dan inflow masuk ke pasar keuangan,” urainya.

   Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menambahkan, memasuki akhir 2015, volatilitas pasar saham cenderung berkurang sejalan dengan kepastian kenaikan suku bunga The Fed.

”Kami yakin tekanan pasar tahun ini akan lebih rendah,” imbuhnya. Sepanjang 2015, pasar saham Indonesia tertekan lantaran kondisi ekonomi global memang berlangsung lambat dan tidak merata.

Beberapa faktor utama yang memengaruhi dinamika pasar sepanjang 2015 adalah ketidakpastian isu kenaikan suku bunga The Fed, perlambatan ekonomi Cina, dan pelemahan harga komoditas dunia. Perbaikan ekonomi mulai terlihat dengan menurunnya volatilitas pasar saham menjelang akhir tahun pasca naiknya suku bunga The Fed. ”Ini menunjukkan bahwa investor telah mem-price in normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat,” ujarnya.

Menurut dia, delapan paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah selama setahun bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 2016. Adapun per 30 Desember 2015, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 4.593,008. Namun, dengan posisi tersebut, sepanjang 2015 IHSG melemah 12,13 persen jika dibandingkan dengan posisi penutupan 2014.(oki/c6/kom)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook