JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kabar baik terus berhembus di pasar modal. Tahun ini pasar modal Indonesia akan lebih baik dibanding tahun lalu. Itu karena sentimen negatif terus menipis dari global dan domestik market. Dengan begitu, akan berdampak positif pada gerakan pasar dalam negeri.
Di samping itu, kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) terus membaik dan solid meski pertumbuhan Cina masih melambat. Untungnya, stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) domestik sepanjang tahun lalu masih terjaga. ”Pemulihan ekonomi tahun lalu lambat. Tetapi, tahun ini akan terjadi percepatan dan pertumbuhan ekonomi akan membaik,” tutur Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad.
Untuk itu, pemerintah tidak segan untuk mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) go public. Melakukan percataran saham perdana umum (initial public offering/IPO) untuk pengembangan usaha. Mencari sumber pendanaan murah dengan keuntungan menjanjikan.
”Lebih banyak perusahaan BUMN tercatat di bursa tentu akan lebih baik,” tegas Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kala itu.
Menurut JK ada dua manfaat setelah BUMN menjadi perusahaan terbuka. Pertama mendapat suntikan dan tambahan modal dan kedua menjadi lebih transparan. Dua keuntungan tersebut amat signifikan dan penting bagi tumbuh kembang sebuah entitas usaha. Dengan transparan dan struktur permodalan kuat akan menjadi nilai tawar untuk menarik minat investor.
Kendati pasar modal mengalami banyak tekanan cukup hebat, namun diprediksi tahun ini akan tetap tumbuh. Untuk menyongsong akselerasi pertumbuhan itu, otoritas pasar telah menyiapkan serangkaian inisiatif dengan empat fokus utama pengembangan.
Misalnya, terus menambah jumlah emiten, memperkuat peran anggota bursa, meningkatkan jumlah investor, dan menyempurnakan reputasi. ”Empat peranti ini bakal memperkuat pasar modal,” tambah Direktur Utama BEI Tito Sulistio.(far/jpg)
