Pebisnis Masih Optimis

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 03 Agustus 2013 - 09:44 WIB

JAKARTA (RP) - Berbagai indikator negatif ekonomi Indonesia belum meredupkan optimisme para pelaku usaha. Bahkan, para pebisnis ini kian optimistis.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, optimisme para pebisnis itu tecermin dari indeks tendensi bisnis (ITB) yang datanya didapat dari survei kepada para pelaku usaha.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Hasilnya, optimisme pebisnis pada triwulan kedua dan triwulan ketiga cenderung naik,’’ ujarnya Jumat (2/8).

Data BPS menyebut, nilai ITB pada triwulan I 2013 lalu hanya 102,34 poin. Ambang persepsi optimistis ditandai dengan patokan standar 100. Artinya, semakin tinggi nilai ITB, maka optimisme pebisnis makin tinggi. Pada triwulan II, nilai ITB naik menjadi 103,88. Sedangkan ITB triwulan III naik lagi menjadi 105,95. Survei ini dilakukan pada 2.500 pimpinan perusahaan besar dan sedang di seluruh Indonesia.

Menurut Suryamin, para pelaku usaha di sektor listrik, gas, dan airu bersih menunjukkan optimisme paling tinggi dengan nilai ITB 105,83. Kemudian disusul pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai ITB 105,53. ‘’Sementara, optimisme pelaku usaha di sektor pertambangan dan penggalian adalah yang terendah dengan nilai ITB 100,13,’’ ucapnya.

Ketika diminta untuk memproyeksi prospek bisnisnya pada triwulan III 2013 akan seperti apa, pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel, dan restoran menjadi yang paling optimistis dengan nilai ITB 108,48. ‘’Ini bisa terjadi karena momen Puasa dan Lebaran ada di triwulan III dan sudah pasti konsumsi masyarakat naik dan berimbas positif pada sektor ini,’’ jelas Suryamin.

Meskipun dalam survei secara umum pelaku bisnis masih cukup optimistis, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, kondisi bisnis pada triwulan III cukup riskan. ‘’Ini terkait dampak kenaikan harga BBM,’’ ujarnya.

Menurut dia, kenaikan BBM memicu lonjakan inflasi yang lantas direspons Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan BI Rate dan Fasilitas BI (Fasbi). Akibatnya, bank-bank pun mulai ikut mengerek suku bunga simpanan maupun kredit. ‘’Kalau bunga kredit naik, ini bisa berakibat pada naiknya NPL (nonperforming loan/kredit macet),’’ katanya.

Karena itu, lanjut dia, pelaku usaha meminta agar bank tidak serta merta menaikkan suku bunga kredit. ‘’Selama ini, bank kan sudah mendapat laba tinggi, maka sekarang mari kita pikul (beban) ini sama-sama, agar ekonomi tetap bisa tumbuh,’’ ucapnya.(owi/sof/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook