MASING-MASING 100 GERAI

Penambahan Izin Ritel Dikritik

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 02 Desember 2015 - 10:44 WIB

(RIAUPOS.CO) - KEBIJAKAN Pemko Pekanbaru yang menambah  izin dua ritel ternama masing-masing sebanyak 100 gerai menuai kritikan dan protes dari berbagai  kalangan. Pemko dinilai hanya memikirkan keuntungan pendapatan semata, tanpa berpihak kepada pedagang kecil.

Seperti yang diungkapkan oleh peniliti Pusat Industri Perkotaan Saiman Pakpahan. Ia menyebutkan, saat ini pemerintah kota mestinya tidak hanya fokus untuk melakukan treatment terhadap pemodal. Karena, lanjutnya, perusahaan ritel memang sudah memiliki skala yang besar dan menggurita.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

 Sebagai kota berkarakter metropolis, ritel besar memang menjadi indikator sebuah kemajuan. Namun pemko juga harus memikiran pedagang lokal, yg bertransaksi secara tradisional. ”Pemko sebagai sebuah entitas pemerintahan harusnya melakukan intervensi agar kondisi pedagang lokal mempunyai kemampuan bersaing,” ujarnya.

  Ia menganjurkan, sebaiknya pemko memperhatikan secara serius keberadaan pedagang kecil yang kalah saing dengan gerai ritel yang diperbanyak izinnya. ”Pemko mestinya berpikir keras untuk membangun cluster pasar dan membuat pasar induk sebagai wadah pedagang kecil dan tradisional.Tidak justru membiarkan kapitalisme bebas menggeranyangi tubuh masyarakat Pekanbaru,” tambahnya.

Di sisi lain, saat ini banyak warga Pekanbaru berprofesi sebagai pedagang. Mereka membuka kios-kios kecil dan toko kelontong di rumahnya. Apalagi banyak yang buka kios dirumahnya.

Persaingan antara para pedagang ini menjadi cukup ketat. Karenanya ketika mendengar adanya rencana salah satu ritel modern akan menambah lagi jumlah ritelnya banyak warga yang tidak setuju. Sebab kehadiran ritel modern ini dikhawatirkan akan mematikan pendapatan dari toko-toko kecil.  ”Untuk  saat ini, jumlah ritel sekarang saja sangat mengganggu keberadaan pedagang kecil. Saya jelas tidak setuju, saat ini saja agak menurun penjualan, bagaimana nanti jika  kedua ritel bertambah,” ujar Andi.

Lanjutnya, keberadaan pedagang kecil memegang fungsi penting dalam ekonomi masyarakat. Jika pedagang kecil sudah tidak mampu berperan, karena kalah bersaing dengan ritel modern, tentu kondisi ekonomi warga Pekanbaru akan semakin terpuruk. ”Apalagi saya lihat kehadiran mereka paksakan Indomaret dan Alfamart berdiri, karena kondisi kedepannya sudah dapat ditebak, hanya akan menyusahkan kami para pedagang kecil ini,” keluhnya.

Hal senada dikatakan warga lainnya, Meuthia (31) warga Jalan Merpati Sakti. Dia menilai usaha pedagang kecil mampu menggerakkan roda ekonomi. Pertumbuhan pedagang kecil, tak luput juga dari minimnya perhatian pemerintah dalam membuka lapangan kerja. ”Kami seperti ini karena tidak ada lagi yang bisa kami lakukan. Hanya ini lapangan pekerjaan yang ada, berdagang,” ujarnya.

Ia menilai, kehadiran gerai ritel  nantinya, akan melemahkan pelaku usaha kecil. Sebabnya, dari segi modal mereka jauh lebih besar. ”Tidak mungkin kami dapat menyaingi mereka, modal kami sudah kalah jauh,” katanya.

Warga lainnya mengeluhkan ketika belanja ke ritel tersebut, seperti yang di alami Mira (25) karena kerugian lain adalah sering adanya kecurangan pada kasir terkadang totalan yang kadang tidak sesuai di struk dan barang belanjaan. ”Misalnya belanja hanya beberapa item tapi totalan melebihi pembelian. Apalagi, barangnya tidak variatif. Justru kadang lebih komplit belanja ke swalayan non retail,”tuturnya

Dari modal tersebut, akan berpengaruh dari persaingan harga. Kedua ritel tentu akan menyediakan semua kebutuhan dengan harga yang lebih murah. Karena itu, ia berharap untuk pemerintah untuk lebih bijak mengkaji lebih dalam dengan ditambahnya gerai ritel di Pekanbaru.

Terkait penambahan ritel tersebut, pengamat perkotaan, Mardianto Manan mengaku harus ada kajian terlebih dahulu. ”Pemko tidak bisa langsung menambah jumlah ritel begitu saja tanpa kajian. Hal tersebut juga sudah diatur dalam Perda. Jadi tak bisa semaunya saja,” pungkasnya.

Sebelumnya Pemko harus melihat langsung bagaimana kondisi dilapangan. Nyatanya keberadaan ritel membunuh pedagang pedagang kecil yang ada disekitar ritel. Pembeli cenderung berbelanja ke ritel meski harganya lebih mahal. Kenyamanan, kelengkapan dan parkir gratis yang ditawarkan ritel menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat, sehingga pedagang kelontong kecil dibuat gigit jari.

Lebih lanjut, Mardianto mengungkapkan pemrintah harus betul betul melakukan kajian sosial ekonomi sebelum mengeluarkan izin. ”Jangan hanya mementingkan kepentingan dan pemasukan pemerintah saja. Tapi, perhatikanlah nasib pedagang kecil tersebut. Jika ritel semakin banyak, diindikasi akan membunuh pedagang kecil yang tak bersalah tersebut,” tutupnya.(cr2/cr3/cr4/yls)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook