JAKARTA (RIAUPOS.CO)–Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mulai melemah Rabu pagi (2/3/2026). Mata uang AS itu menyentuh posisi baru di level Rp13.200.
Menurut Reuters, Rabu (2/3/2016), dolar AS Rabu pagi tadi dibuka melemah ke Rp13.286 bila dibandingkan dengan posisi Selasa petang kemarin (2/3/2016) di posisi Rp13.335.
Tetapi, perlahan dolar AS bergerak naik. Dolar AS menyentuh posisi Rp13.292. Mata uang AS itu akhirnya meninggalkan posisi Rp 13.200 dan mencapai posisi puncaknya di level Rp 13.315. Sampai pukul 09.30 WIB tadi, dolar AS belum beranjak dari posisi tertingginya di Rp13.315.
Gejolak harga minyak dunia dan perlambatan ekonomi Tiongkok cukup memengaruhi pergerakan dolar AS dan rupiah. Pada posisi lain, investor juga masih menunggu kepastian bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) menentukan arah suku bunganya ke depan.
Sementara masih anjloknya harga minyak dunia di level bawah, dan stabilnya nilai tukar rupiah berdampak positif terhadap harga energi. Sejak Selasa kemarin (1/3/2016), tarif listrik per kilo watt hour (kWh) turun. Demikian pula dengan harga pertamax dan pertalite. Syukurnya, bensin juga akan lebih murah.
Menurut Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Benny Marbun menegaskan, penurunan itu berlaku terhadap 12 golongan tarif. Itu berarti, tarif listrik terus turun sejak awal tahun. "Golongan yang mengikuti mekanisme tarif adjustment, turun antara Rp26 sampai Rp41 per kWh," katanya.
Benny menjelaskan, penurunan tarif itu paling utama disebabkan fluktuasi harga minyak dunia. Dari yang semula rata-rata 35,48 dolar AS per barel pada Desember 2015, menjadi 27,49 dolar AS per barel pada Januari 2016. Sedangkan inflasi, turun dari 0,96 persen di Desember 2015 menjadi 0,51 persen di Januari 2016.
Untuk nilai tukar rupiah, perusahaan yang dipimpin Sofyan Basir ini mencatat relatif stabil. Pada Desember 2015 lalu nilai tukarnya Rp13.855 per dolar AS, dan Januari lalu berada di level Rp13.889 per dolar AS. "Walaupun sedikit, turut membantu turunnya tarif listrik," ujar Benny.
Untuk diketahui, guna menentukan tarif listrik bulan berjalan, PLN menggunakan rata-rata dua bulan sebelumnya. Selain itu, penentuan tarif dasar listrik juga dipengaruhi harga minyak dunia, inflasi, dan nilai tukar. PLN berharap, penurunan tarif itu bisa memberi dampak positif pada industri dan bisnis.
"Terutama bagi skala menengah dan besar, supaya daya saing industri dapat meningkat," ujarnya.
Di tempat terpisah, untuk penurunan harga bahan bakar seri pertamax dan pertalite sudah disampaikan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang. Pada JPNN, dia mengatakan kalau penurunan kali ini lebih banyak ditentukan oleh menguatnya nilai tukar rupiah ketimbang harga minyak dunia.
Lain dengan PLN, rata-rata harga yang digunakan Pertamina guna menentukan harga bahan bakar khusus itu dalam dua mingguan. Rentang Februari, Pertamina melihat jika harga minyak tidak banyak berubah. "Lebih karena nilai tukar. Selama sebulan ini harga minyak relatif stabil," ujarnya.
Serupa dengan harga tarif dasar listrik, harga pertamax series dan pertalite juga ikut terus turun sejak awal 2016. Terus anjloknya harga bahan bakar minyak (BBM) jadi sinyal positif untuk penurunan harga premium dan juga solar. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah memutuskan perubahan harga dua BBM itu tiap tiga bulan sekali.
"Insya Allah pasti turun karena harga minyak di indeks pasar dunia rata-rata turun, dan kurs juga menguat," ujar Direksi yang akrab dipanggil Abe ini. Namun, dia enggan mengatakan berapa harga keekonomian premium sekarang. Dia menjelaskan harga baru akan berlaku awal April 2016. Masih lama ah.
Laporan : dim/owi/flo/jpnn
Editor : Aznil Fajri