MEDAN (RIAUPOS.CO) - DARI 11 UMKM yang mengikuti kegiatan 2nd Northen Sumatra Forum (NSF) di Adimulia Hotel Medan, mulai 27-28 Oktober, UMKM binaan PT Energi Mega Persada (EMP) Bentu menjadi terbaik I B@ngkit.com, EMP Gebang (Komunitas Tanjak Langkat) juara II, PT Imbang Tata Alam (Koperasi Jasa Usaha Mandiri Syariah) favorit III.
Kegiatan ini diselenggarakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)-Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Sumbagut. Pameran UMKM ini disambut antusias pengunjung yang mengikuti forum diskusi 2nd NSF. Tak ayal, stan produk UMKM tersebut diserbu pengunjung. Produk UMKM tersebut merupakan binaan bagian KKKS-SKK Migas.
UMKM yang meramaikan pameran tersebut adalah Batik Seruni Dayun binaan Bumi Slak Pusako, olahan ikan B@ngkit.com binaan EMP Bentu, Wanita Nelayan Berkarya binaan Pangkalan Susu, Kerupuk Tempe dan Kekerah binaan Pema Global Energi, IKM Langkat Craft binaan PT SPR Langgak, Galeri Ajang Ambe binaan PT Pertamina Rantau, Bank Sampah Agrowisata Ibnu Al-Mubarok binaan PHR, KUB Rumah Jahit Lestari dan Desa Wisata Kampung Patin binaan PT PHR. Terakhir, ada Koperasi Jasa Usaha Mandiri Syariah binaan PT ITA.
Pengelola olahan ikan B@ngkit.com Desi Novianti mengatakan, produk yang dijualnya berupa abon ikan patin dan gabus. Proses pengembangan usaha mereka dibawa binaan oleh KKKS SKK Migas, EMP Bentu.
Ini binaan paling primadona, dari binaan EMP Bentu, abon ikan patin dan ikan gabus. "Ini merupakan olahan dari Kecamatan Langgam, Riau. Biasanya dimakan dengan berbagai bahan olahan lainnya. Mulai dari nasi putu, ketupat dan juga pulut," ujar Desi, Jumat (28/10).
Desi menuturkan, awal mula memulai usahanya tersebut pada 2009 lalu. Desi mengaku kelebihan produknya karena terbuat dari bahan alami alias tanpa pengawet. "Ikannya segar dan memakai bumbu tradisional," ujar Desi.
Awal mula pemasaran dilakukannya kepada orang-orang terdekat. Setelah itu bisnisnya semakin meluas, apalagi semenjak dibantu EMP Bentu. "Saat ini pemasarannya sudah sampai keluar provinsi. Sudah ada di supermarket. Biasa makanan ini dijadikan oleh-oleh. Dibawa ke Jakarta, untuk keluarga, bisa ke Bandung. Kalau orang lagi umrah biasa digunakan, untuk makanan sampingan di Makkah," sebut wanita berhijab ini.
Dalam satu kemasan, lanjut Desi, abon gabus dijual sebesar Rp20 ribu per 0,5 gram. Sedangkan abon patin Rp18 ribu per 0,5 gram. "Abon ini paling laris dibeli saat hari raya Idul Fitri atau hari raya Haji bisa laku antara 30 Kg sampai 45 Kg per harinya," senyum Desi.
Sementara itu, Land Matters & CSR Divition Manager EMP Amru Mahali kepada Riau Pos, Senin (31/10) menjelaskan, keberhasilan UMKM binaan EMP ini tidak terlepas dari adaptasi dan inovasi. Di mana UMKM yang dibina harus mau beradaptasi dan melakukan inovasi-inovasi dari setiap produk yang dihasilkan. "Jika tak mau beradaptasi dan berinovasi maka akan tertinggal, karena itu setiap UMKM yang kita bisa kita ajak untuk terus berkembang," ujar Amru.
Dikatakan Amru, kolaborasi antara dunia usaha dan masyarakat, merupakan konsep double bottom-up yang sedang dijalankan oleh EMP di daerah operasional perusahaan. Kerja sama ini sangat penting agar UMKM yang dibina bisa berkembang dan masuk ke rantai produksi global. Selain itu kerja sama ini juga meningkatkan kualitas UMKM menjadi lebih kompetitif, mengajak agar semua pihak, baik perusahaan dan UMKM mampu berkontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Nilainya juga harus terus meningkat, sehingga cakupannya semakin luas dan mampu bersaing secara global.
"Kolaborasi antara perusahaan, UMKM dan pemerintah merupakan implementasi dari tujuan investasi yang berkualitas dan inklusif. Hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi di daerah. Kemitraan perusahaan dengan UMKM sudah terjalin sejak lama," terang Amru.
Pihaknya terus menambah jumlah UMKM binaan agar bisa terlibat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal itu merupakan komitmen perusahaan untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan kita akan terus kembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Dalam membina UMKM, lanjut Amru, pertama harus dilihat potensi daerah yang dimiliki. Jika potensi yang dimiliki berlimpah maka dapat menjamin keberlangsung produksi. Kedua yang dilihat adalah kemampuan dan kemauan masyarakat dalam berusaha. "Lakukan komunikasi lebih dahulu, kemudian mereka memiliki apa? SDM dan SDA yang harus diolah. Jika sudah dapat data-datanya kita damping mereka," katanya.
UMKM binaan EMP bentu ini masih berskala lokal/nasional. Tentunya kontiniti dan ketersedian bahan baku, tidak serta merta mereka langsung bisa, harus ada kesiap siagaan mereka untuk terus belajar dan belajar jika tidak akan tergilas.
Beberapa UMKM binaan EMP Bentu di antaranya Batik.com, rumah makan terapung Irin, tambak ikan darat dan ada kelompok anak-anak sadar wisata. "Sebenarnya potensi ini harus muncul dari masyarakat sendiri sehingga bisa mampu berdiri sendiri. Ada kemauan dan kemampuan. Intinya tidak boleh berhenti belajar dan berinovasi. Teknologi itu berkembang dan masyarakat harus tanggap akan perubahan teknologi. Saya berharap kalangan mahasiswa mau masuk ke ranah UMKM," katanya.(esi)