Bank di Indonesia Boros Biaya

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 01 November 2013 - 08:25 WIB

JAKARTA (RP) - UPAYA mendorong efisiensi sektor perbankan terus dilakukan. Sebab hingga kini perbankan di Indonesia dinilai masih boros pengeluaran biaya operasional.

Hal ini bisa terlihat dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang masih tinggi. Kali ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) siap turun tangan melakukan audit untuk menilai tingkat efisiensi bank BUMN yang selama ini menjadi pemimpin pasar di industri keuangan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ketua BPK Hadi Poernomo mengatakan, audit dilakukan untuk menilai kinerja organisasi, keuangan, maupun investigasi terhadap kebijakan usaha bank-bank BUMN.

‘’(Audit) ini nanti bisa membantu bank untuk memahami efektivitas. Sedangkan bagi pembuat kebijakan, bisa membantu menciptakan lingkungan bisnis yang sehat,’ ujarnya dalam acara Simposium Internasional Efisiensi Perbankan Kamis (31/10).

Menurut Hadi, meski audit hanya akan dilakukan pada bank BUMN, BPK optimistis jika efisiensi bank BUMN bisa ditingkatkan, maka akan berdampak signifikan pada perbankan nasional.

Itu karena Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) memiliki pangsa pasar signifikan dalam industri perbankan. ‘’Kompetisi bisnis perbankan sangat ketat, sehingga efisiensi menjadi kunci,’’ katanya.

Anggota BPK Bachrullah Akbar menambahkan, data-data awal memang menunjukkan bahwa efisiensi bank BUMN masih belum bagus. Akibatnya, sumbangan bank BUMN pada perekonomian nasional pun dinilai belum optimal. ‘’Inefisiensi ini terutama terjadi pada belanja modal,’’ sebutnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah yang kemarin hadir di simposium BPK mengatakan, inefisiensi tidak hanya terjadi pada perbankan BUMN saja, melainkan juga perbankan secara umum. Apalagi, jika dibandingkan dengan perbankan di regional ASEAN. ‘’Ini harus kita akui,’’ ujarnya.

Halim menyebut, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menjadi parameter yang dengan jelas bisa menggambarkan tingkat efisiensi perbankan. ‘’Tren BOPO perbankan kita memang membaik, tapi belum stabil dan masih tinggi,’’ katanya.

Data BI menunjukkan, per Agustus 2013, BOPO perbankan Indonesia ada di level 74,06 persen. Artinya, dari total pendapatan perbankan, 74,06 persennya habis untuk biaya operasional. Semakin rendah BOPO, berarti bank makin efisien.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, dari sisi efisiensi, perbankan di Indonesia masih sangat rendah. ‘’Bahkan, termasuk yang terendah dibanding negara ASEAN,’’ ujarnya.

Menurut Ryan, tingginya BOPO perbankan di Indonesia dipicu oleh banyak hal. Salah satu faktor utama adalah siklus perbankan di Indonesia yang kini sedang tumbuh, sehingga perbankan membutuhkan banyak biaya untuk ekspansi. ‘’Pembukaan kantor, ATM, sistem IT, itu semua butuh banyak biaya,” katanya.

Ryan menyebut, faktor geografis Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau juga membuat ekspansi jaringan menjadi jauh lebih mahal dibandingkan di negara yang lebih kecil.(owi/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook