ABRASI DI PESISIR DUMAI ANCAMAN SERIUS

Ratusan Meter Pantai dan Kuburan Hilang

Dumai | Selasa, 09 Agustus 2022 - 10:50 WIB

Ratusan Meter Pantai dan Kuburan Hilang
Abrasi terus terjadi di pantai Kelurahan Tanjung Penyembal, Kecamatan Sungai Sembilan, Dumai. Foto diambil Ahad (7/8/2022). (RPG FOR RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


DUMAI (RIAUPOS.CO) - Warga pesisir pantai di Kota Dumai, Provinsi Riau, khawatir abrasi semakin mengikis lahan mereka. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Dumai sejak 2010, sejauh tujuh meter pengikisan tanah terjadi pada daerah pesisir pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut ini.

 


Sementara dari pengakuan Budiman, warga Kelurahan Tanjung Penyembal, Kecamatan Sungai Sembilan, ratusan meter lahan warga telah hilang akibat abrasi. Apabila dibiarkan abrasi akan terus mengikis bagian pantai, maka air laut bisa membanjiri daerah di sekitar pantai tersebut.

Pengikisan pantai tersebut terjadi di sepanjang pantai Kelurahan Tanjung Penyembal, Lubuk Gaung, Bangsal Aceh serta Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan. Sementara di kelurahan lainnya juga terjadi di Mundam, Teluk Makmur, Guntung dan Pelintung Kecamatan Medang Kampai.

Menurut Budiman lagi, akibat abrasi yang mengikis daratan atau bibir pantai, lahan milik keluarganya telah hilang ratusan meter. "Sudah ratusan meter lahan orang tua saya hilang akibat abrasi.  Bahkan kuburan juga sudah banyak menghilang akibat pengikisan daratan. Kita berharap kepada pemerintah untuk segera mengatasinya," ujar Budiman.

Senada dengan Budiman, warga Kelurahan Teluk Makmur, Kecamatan Medang Kampai, Firdaus mengungkapkan, keluarganya juga telah kehilangan lahan akibat abrasi.

Ia menjelaskan sekitar tahun 2010, pemerintah menginformasikan bahwa telah mengajukan alokasi anggaran untuk pencegahan dan pemeliharaan kawasan pantai. Namun sampai sekarang belum ada pembangunan yang dilakukan. Turap dibangun hanya di kawasan sekitar pantai wisata setempat.

Menurut dia, tanaman bakau yang dulunya banyak terdapat di sepanjang bibir pantai Dumai kini banyak yang hilang. "Penanaman mangrove sempat dilaksanakan beberapa kali, tetapi sebagian besar sudah habis dihantam dan terkikis ombak," jelasnya.

Pemerintah Kota Dumai melalui Dinas Lingkungan Hidup berupaya untuk mencegah abrasi dengan melakukan rehabilitasi dan reboisasi dengan cara menanam mangrove di kawasan pesisir pantai. Meningkatnya permukaan air laut yang terjadi di seluruh dunia juga merupakan menjadi faktor terjadinya abrasi sehingga mengakibatkan pengikisan bibir pantai yang ada di Kota Dumai.

Sebelumnya, Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kota Dumai Anton Budi Darma menyampaikan, walaupun untuk saat ini mangrove yang ada di bibir pantai Kota Dumai jumlahnya sudah berkurang, akan tetapi DLH bekerja sama dengan pihak perusahaan yang berada di garis pantai untuk terus melakukan pemantauan serta penanaman secara berkala.

"Pasang surut air laut saat ini masih sangat besar, sehingga terjadi pengikisan di bibir pantai. Untuk tingkat abrasi sendiri masih tinggi, walaupun itu sudah dibuat turap dan sudah dimangrove. Tapi tidak sesuai dengan panjangnya pantai kita yaitu 140 km lebih tersebut. Tapi kami akan terus berupaya untuk mencegahnya dengan melakukan penanaman mangrove secara berkala," ungkapnya didampingi Sekretaris DLH, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut beliau juga menjelaskan pihaknya terus melakukan pendampingan kepada perusahaan-perusahaan yang ada untuk melakukan survei. Serta menunjukan tempat yang terbaik apabila perusahaan tersebut ingin menanam mangrove.

"Untuk kepedulian menjaga lingkungan ini juga sudah termasuk dalam komitmen perusahaan-perusahaan yang ada untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan pantai. Karena selain memberikan bantuan CSR pihak perusahaan ini juga harus turut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sekitar," jelasnya.

Beliau juga berpesan kepada seluruh masyarakat Kota Dumai untuk turut berpartisipasi secara aktif dalam menjaga lingkungan terutama untuk melakukan penanaman mangrove.

"Banyak titik-titik yang bisa kita tanami mangrove, bisa itu di Pelintung ataupun di Mundam karena di sana masih ada tempat kosong untuk dilakukan penanaman bibit mangrove. Karena apabila dari 10.000 bibit yang ditanam paling hanya persentase yang hidup cuma 30 persen. Kami juga berharap semua pihak untuk ikut berpartisipasi dalam penanaman mangrove. Kami dari Dinas Lingkungan Hidup juga akan siap untuk membantu memfasilitasinya," tutupnya.(rpg)

Laporan RPG, Dumai









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook