BUKU KEHUMASAN

Ketum Perhumas Terbitkan Buku "Adaptif or Die!"

Buku | Kamis, 31 Desember 2020 - 13:53 WIB

Ketum Perhumas Terbitkan Buku "Adaptif or Die!"
Director Corporate Affairs APRIL Group dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Agung Laksamana. (APRIL FOR RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Di akhir tahun 2020 ini, praktisi Humas mendapat perspektif baru. Terbitnya buku tentang public pelations (PR/humas) selain relevan dan pas dengan kondisi sekarang, menjadi angin segar bagi dunia Humas Indonesia.

Pandemi telah mengubah tatanan bisnis, cara kita bekerja dan bersosialisasi. Buku PR ini menitikberatkan pentingnya beradaptasi sebagai sebuah keharusan bagi praktisi PR.


“Buku ini menghadirkan perspektif dan trends yang perlu diperhatikan praktisi PR. Dunia PR harus segera beradaptasi jika tidak ingin hilang ditelan perubahan,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno.

Gaya tulisan Agung adalah bercerita dan ringkas terdiri dari kisah-kisah PR dan insights dari penulis dan berbagai sumber. Agung Laksamana, selain kesehariannya sebagai Director Corporate Affairs APRIL Group dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), adalah seorang penulis tentang dunia PR yang aktif. Buku PR Adapt or Die! adalah buku Agung yang keempat yang telah diterbitkan.

Pada bab pertama dengan judul "A Whole New World!" ia mengutip lirik lagu dari film animasi  Aladdin. 

"Lirik ini relevan di tahun 2020 ini karena kita telah berada di era A Whole New World (sebuah dunia yang baru, red) katanya," ujar Agung dalam siaran pers yang diterima Riaupos.co.

Judul Adapt or Die!, terasa bombastis. Sepertinya sengaja diambil penulis karena melihat urgensinya PR untuk beradaptasi dan berubah jika tidak ingin profesi ini hilang atau lenyap.

Buku ini mengupas realita lanskap dunia PR baik dari aspek artificial intelligence (AI), robot, era baru jurnalisme, hoaxes, fakenews, serta era adaptasi kebiasaan baru. Sudah banyak profesi yang "tergerus oleh kemajuan teknologi", salah satunya bisa jadi adalah PR. Kemunculan sosok-sosok "berpengaruh" di media sosial membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi PR.

Kehadiran influencer, key opinion leader, SJW (Social Justice Warrior), buzzer, selebgram, selebtweet, dan lainnya telah mampu "menghimpun massa" dan menyampaikan pesan tertentu untuk menjadi sebuah gerakan yang cukup masif di media sosial, bahkan di dunia nyata. Di sinilah titik argumen buku ini, di mana PR harus adaptif, jika tidak ingin obsolete bahkan lenyap.

Buku ini juga mendapat apreasiasi dari Menteri Sekretaris Negara Prof Dr Pratikno dan juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyatakan buku ini relevan dengan trends dan kompleksitas dunia komunikasi saat ini.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, menyatakan, “Selama bisa menjaga trust dan relationship dengan stakeholders, PR akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Agung membeberkan resep aplikatif untuk menjadi PR yang mumpuni!”

Rektor  IPB Arif Satria, juga menyatakan bahwa storytelling menjadi kekuatan dari buku ini. 
"Pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai praktisi PR yang dicampur dengan kisah sehari-hari membuat buku menjadi bacaan wajib praktisi PR,” ujar Arif Satria.

Chairman of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Sihol Aritonang, juga menyatakan bahwa buku ini menghadirkan new shocking realities dunia PR sekaligus mengajak praktisi untuk merangkul kompleksitas agar PR tetap kontinyu memberikan values.

Apresiasi juga diberikan oleh oleh Hermawan Kartajaya (Founder & Chairman  Markplus), Andy F Noya (Founder Benihbaik.com), Tony Wenas (CEO Freeport Indonesia), Prita Kemal Gani (Founder LSPR), dan tokoh-tokoh lainnya.

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook