(RIAUPOS.CO) - KIKI termasuk orang yang nggak suka dengan kartu debit. Ia beralasan, memegang kartu itu akan menjadi jalan mudah menghabiskan uang.
Beda jika ia harus mengantre di kantor bank. Ia sudah harus memperkirakan berapa jumlah uang yang harus ditariknya untuk keperluan satu bulan. Sehingga ia bisa lebih berhemat dan menabung.
“Kan sudah dirinci. Jadi sekali ambil sudah ada peruntukannya. Sisanya bisa ditabung,” katanya.
Tapi, prinsip itu dipatahkan teman-temannya. Kiki dianggap kuno. Ia pun dibujuk untuk membuat kartu debit guna mempermudah transaksi keuangan.
Kiki tergoda. Hingga akhirnya ia membuat kartu debit.
‘’Dipaksa teman-teman. Akhirnya buat kartu juga,’’ ujarnya.
Setelah kartu debit, berada di tangannya, Kiki ingin mentransfer uang ke temannya. Ia pun mendatangi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.
Tapi, pengalaman perdananya itu berujung sial. Kartu debitnya tertelan oleh mesin ATM dan tidak bisa keluar. Alamaaak!
“Tiba-tiba kartunya nggak mau keluar. Padahal sudah di-cancel juga,” katanya kesal.
Cerita punya cerita, ternyata kartunya tertelan mesin akibat Kiki terlalu memakan waktu lama memproses pentransferan uang.
Kiki pun panik. Ia menghubungi nomor call centre. Tapi tidak bisa.
“Makin panik. Mana tidak ada satpam pula,” sebutnya.
Kiki pun melaporkan kejadian tersebut ke pihak bank, keesokan harinya. Sejak itu, Kiki makin mantap untuk tidak menggunakan kartu debit. Ia lebih rela antre di bank berlama-lama daripada mengalami hal tersebut kembali.
“Biarin dibilang kuno, yang penting saya nyaman,” ujarnya.(cr4)