UMI SYAM, ORANG INDONESIA PERTAMA DAN SATU-SATUNYA DI REDAKSI THE NEW YORK TIMES

Dipercaya Jadi Koordinator Perwajahan untuk Liputan Ibu Kota Nusantara

Begini Ceritanya | Kamis, 27 Juli 2023 - 11:50 WIB

Dipercaya Jadi Koordinator Perwajahan untuk Liputan Ibu Kota Nusantara
Umi Syam saat difoto di depan Kantor The New York Times, Times Square New York, Amerika Serikat (AS), Rabu (14/6/2023). (HENDRA EKA/JPG)

BAGIKAN



BACA JUGA


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - DERU gilingan biji kopi terdengar kencang saat tiba di lantai 13 kafetaria milik The New York Times (NYT). Hari itu semua yang datang mendapatkan satu gelas kopi gratis dari sang barista.

Tak terkecuali Jawa Pos yang mengunjungi kantor koran berumur 172 tahun itu di kawasan Times Square New York, Amerika Serikat (AS), pada pertengahan Juni (14/6) lalu. Di gedung setinggi 52 lantai itu, Jawa Pos membuat janji temu dengan Umi Syam, perempuan Indonesia yang sudah tujuh tahun bekerja sebagai editor grafis dan multimedia di koran terpandang tersebut.


Umi, panggilannya, adalah satu-satunya orang Indonesia di sana. Sekaligus orang Indonesia pertama sepanjang sejarah redaksi koran prestisius tersebut. NYT memberinya tanggung jawab mengoordinasi liputan-liputan yang
"nyeleneh" hingga flagship alias prestisius. Mulai liputan khusus tentang pemilihan lagu-lagu di lokasi kampanye bakal calon presiden (bacapres) AS hingga mencari tahu bahan baku makanan apa saja yang terdampak inflasi tertinggi di Kota si Apel Besar, julukan New York.

Untuk liputan lagu-lagu kampanye, Umi bekerja sama dengan reporter politik NYT Astead Herndon menganalisis hasil rekaman seluruh lagu yang diputar saat kampanye sepuluh bakal calon presiden (bacapres). Dia sendiri terkejut dengan hasilnya.

Banyak musik tak terduga yang ternyata disukai para kandidat. "Kami melibatkan music critic Jon Caramanica juga biar bisa bantu menganalisis. Ada sesuatu nggak sih di dalam (playlist) ini," kata Umi.

Sudah tujuh tahun perempuan asal Yogyakarta itu bergabung dengan NYT. Dia diterima bekerja di sana saat menyelesaikan S-2 di Parsons School of Design, The New School, New York.

Ketika itu sebenarnya dia juga diterima di Spotify. Tapi, karena prosesnya lebih cepat, Umi yang pada 2012–2014 sempat bekerja di Microsoft di Indonesia itu akhirnya memilih bergabung dengan NYT.

Dalam masa tujuh tahun itu, dia antara lain sempat menjadi koordinator perwajahan NYT untuk liputan berita ibu kota baru Indonesia (Ibu Kota Nusantara) di Kalimantan Timur. Dari liputan musik kampanye tadi, Umi menemukan bahwa para kandidat rupanya memanfaatkan lagu-lagu bertema cinta di setiap kampanye. "Kami analisis lagunya, pesan apa yang mau disampaikan. Ternyata, ada kata love di tiap playlist semua kandidat," katanya.

Ada juga, lanjut dia, Kemala Harris yang kalau naik dan turun panggung ternyata pakai lagu yang sama. Liriknya mengandung pesan-pesan women power.

Di koran yang memiliki hampir 8,4 juta pelanggan itu, Umi menjadi koordinator bagi 27 pekerja grafis lain. Di departemen digital news design yang dia komandoi, Umi bekerja sama dengan editor teks, foto, video, dan developer web.

Saat mengerjakan liputan khusus tentang Ibu Kota Nusantara, Umi dkk memerlukan waktu hingga enam bulan untuk mempersiapkan sebuah produksi interaktif. "Kami start planning sejak November 2022 dan publish 16 Mei 2023," kata Umi sambil menunjukkan hasil produksi di MacBook Pro-nya.

Untuk mengusir rasa jenuh dari pekerjaan yang menuntut kedisiplinan tinggi itu, perempuan yang menyelesaikan S-1 di jurusan Ilmu Komputer dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut melakukan culinary journey alias berburu makanan enak di tempat yang dia singgahi. Berkat hobinya itu, dia kini juga mendapatkan label food reviewer di kalangan pegiat media sosial. Akun Instagram-nya, @umieats, punya 16 ribu follower dan hampir seluruh postingannya berisi review makanan.

Selain mengulas makanan, Umi kerap memasak dan mengundang koleganya untuk makan bareng masakan yang dia buat. Pada Ramadan lalu, Umi mengadakan buka puasa bersama dengan menu utama lamb meatball tagine yang disajikan bersama kentang panas.  "Nggak ada resep khusus, cuma belajar masakan Maroko ini dari YouTube," papar Umi.

Berkat kegemarannya hunting penganan dari seluruh dunia itu, pada Agustus tahun lalu dia kembali mendapatkan tugas untuk memimpin liputan khusus tentang kenaikan harga makanan di New York. Umi dan timnya menemukan bahwa minyak goreng adalah biang melambungnya harga makanan di New York. Harga minyak goreng di sana naik hingga 159 persen.

Dia dan tim juga menerapkan design-wise agar bisa mengoneksikan mata pembaca dari kiri ke kanan biar sama. "Warnanya juga bergantung pada persentase inflasinya," ujarnya.

Berkat dua liputan flagship itu, Umi mendapatkan pengakuan dari Society for News Design, organisasi internasional untuk profesional media massa dan komunikator visual. Khususnya mereka yang membuat publikasi dan produk di media cetak, media online, serta versi mobile.
Hasil liputan Umi serta tim NYT untuk liputan playlist musik kampanye capres AS diganjar award tertinggi "Gold". Dia sendiri juga meraih "Silver" untuk liputan kenaikan harga pangan di New York.

Bertahun-tahun merantau di NYC membuat Umi berharap suatu saat nanti media massa di Indonesia lebih mementingkan visual storytelling dalam menyampaikan pesan-pesannya. "Kadang kita buka konten media di Indonesia, tiba-tiba kanan-kirinya penuh iklan. Perlu mengubah model bisnis ke arah yang tepat," kata Umi.

Dia juga menaruh perhatian pada mode langganan yang bisa dipakai media massa untuk memperbaiki neraca ekonomi perusahaan. "Subscription system harus lebih ditingkatkan lagi, lebih berimbang dengan konten yang lebih bermutu. Jangan sampai pembaca sudah bayar, tapi ujungnya masih dapat iklan di sana-sini," ujarnya.
Di NYT, Umi dan timnya memang sangat mementingkan pengalaman pembaca dalam menikmati sebuah artikel serta produksi interaktif di website, baik versi web maupun versi mobile. Dia tidak ingin ketika pembaca berhadapan dengan sebuah konten, ada kendala yang berpotensi mengurungkan niat membaca.

"Experience pembaca jadi nggak nyaman untuk consume sebuah artikel, paling sebel kalau ada artikel pendek, tapi di-breakdown klik sampai berhalaman-halaman buat ngejar page view. Kenapa dibikin susah?" ujarnya.(*/c7/ttg/das)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook