(RIAUPOS.CO) - Rifaldo baru duduk di bangku SMP. Tapi ia ngotot minta diizinkan mengedarai sepeda motor.
Sang ibu, Ningsih jelas tak membolehkan Rifaldo bawa motor sendirian. Selain Rifaldo belum punya SIM, Ningsih punya alasan lain yang lebih penting.
‘’Lha dia aja bawa motor masih belum benar. Gimana saya kasih dia keluar bawa motor sendirian,’’ cerita Ningsih.
Suatu hari, Ningsih sedang sibuk masak di dapur. Tanpa sepengetahuannya, Rifaldo diam-diam mengambil kunci motor yang tergeletak di meja makan.
Agar tidak ketahuan, Rifaldo mendorong motor ke luar rumah. Ia terus mendorong hingga ke luar gang. Barulah Rifaldo menyalakan mesin motor.
‘’Berhasil!’’ teriaknya kegirangan.
Ia pun mengendarai motor dengan rasa bangga. Ia melaju dengan kecepatan sedang.
Hingga tiba di persimpangan Jalan Bambu Kuning, belum jauh dari rumahnya, Rifaldo kehilangan keseimbangan. Ia ingin mengerem dan berhenti di kiri jalan. Tapi nyatanya, ia dan motornya malah masuk ke dalam parit. Alamaaak!
Para tetangga yang melihat kejadian langsung menolong. Tiba-tiba dari arah belakang kerumunan warga, terdengar suara yang tak asing lagi buat Rifaldo.
“Kan mamak sudah bilang, jangan bawa motor! Rasakan akibatnya,” teriak Ningsih saat tiba di lokasi kejadian.
Karena kejadian tersebut, Rifaldo harus rela uang jajannya dikurangi sebagai hukuman. Ia harus pulang dengan badan basah dan bau parit.(cr4)