KISAH PENJUAL CACING

Putra: Dingin, Panas, dan Kotor, Semuanya Demi Keluarga

Begini Ceritanya | Minggu, 08 November 2015 - 14:10 WIB

Putra: Dingin, Panas, dan Kotor, Semuanya Demi Keluarga
SUSANTO/RIAUPOS.CO

PEKANBARU (RIAUPOS.CO)-Putra laki-laki berusia 42 tahun terlihat tegar. Lelaki yang sudah lima tahun menggeluti menjadi penjual cacing sutra ini terlihat tak pernah menyerah.

Setiap hari selalu bergelut dengan dinginnya air, panasnya terik matahari, dan kotornya lumpur, demi mencari nafkah untuk keluarga. Mengeruk parit-parit berlumpur mencari cacing sutra untuk dijual.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pantauan Riaupos.co, Sabtu (7/11/2015)pagi, di aliran parit Jalan Paus. Laki-laki paruh baya ini seperti biasa setiap harinya mencari cacing sutra di lokasi ini, dengan membawa tujuh buah ember besar dan sebuah tangguk, laki-laki yang sudah bekerja mencari cacing  selama 5 tahun ini terlihat dengan semangat mengeruk lumpur dari dasar parit.

Sudah banyak tempat dan parit-parit besar yang dikunjungi untuk mencari cacing sutra ini, mulai daerah di Pekanbaru, Perawang, dan Kerinci sudah dijelajahinya. Dalam sehari Putra bisa mendapatkan sebanyak 15-30 tekong cacing sutra, yang dijual langsung ke pelanggan.

Dari mencari cacing sutra ini Putra dapat menghasilkan uang sebesar Rp150 ribu hingga Rp300 ribu per hari.Setiap tekongnya dijual seharga Rp10 ribu.

"Kendala mencari cacing sutra ini hanya musim kemarau, pada musim kemarau cacing sutra sulit dicari apabila ada pun jumlahnya sedikit. Ya paling lama selama enam jam saya berada di dalam parit ini. Alhamdulillah hasilnya cukup untuk makan sehari-hari," kata Putra saat ditemui Riaupos.co.

Lalu mau sampai kapan seperti ini?"Jalani saja. Apapun pekerjaan yang kita lakukan, yang penting yakin. Apalagi untuk keluarga, semuanya rintangan harus berani dihadapi," tukasnya.

Laporan: Susanto

Editor: Yudi Waldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook