SIAK (RIAUPOS.CO) - Pengalamannya menimba ilmu di Fakultas ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) di Universitas Riau menjadi amat berharga. Kala itu, sulitnya kuliah sangat dirasakan. Apalagi kondisi finansial orangtua sangat terbatas. Namun, hal itu tak menyurutkan impian dan cita-citanya untuk menjadi seorang pendidik.
Selama kuliah, mantan Kadisdik Siak ini, meraih prestasi gemilang. IPK-nya selalu 3,3. Bahkan prestasi pun turut menghampirinya, juara 1 karya tulis ilmiah tahun 1986.
Asam garam selama menuntut ilmu turut dirasakannya. ‘’Tak ada yang mulus. Hambatan selalu saja,’’ kata dia.
Celakanya ia dihadapan dengan dosen killer yang membuatnya harus pintar-pintar menghadapinya hingga akhirnya terselesaikan sudah. Semasa kuliah, ia tak hanya aktif belajar saja, melainkan ikut berorganisasi sebagai pengurus senat mahasiswa. ‘’Di organisasi banyak ilmu didapat,’’ kata dia.
Teman-teman satu kampusnya dulu kini masih aktif menjalin komunikasi seperti Mosthamir Thalib, Kazzaini Ks yang teman akrabnya. Seiring perjalanan waktu, ia menilai Unri banyak kemajuan di sana-sini. Beda zaman saat dia kuliah dulu.
Akan tetapi di balik kemajuan yang dicapai, tentunya Unri harus meningkatkan daya saingnya. Jangan sampai tertinggal dengan perguruan tinggi lain. Dalam amatannya, Unri ini kurang menjalin hubungan kerja sama dengan Pemkab. Seharusnya hal ini bisa dioptimalkan. Karena banyak alumni yang tersebar dan menemapti posisi strategis.
‘’Unri jangan hanya sendiri, harus melebarkan sayanpnya keluar dan banyak jalin kemitraan,’’ usul Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Siak.
Kini, ilmu yang didapat di bangku kuliah sangat dirasakan manfaatnya. Selain menunjang karir, dapat juga diterapkan pada masyarakat.(aal)