PEKANBARU

Tekuni Penelitian Enzim dan Bioremediasi

ALUMNI UNRI | Senin, 07 Maret 2016 - 10:43 WIB

Tekuni Penelitian Enzim dan Bioremediasi
Saryono Sikumbang

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - PENELITIAN mengenai enzim masih tergolong jarang dibanding penelitan bidang lain di nusantara ini.

Selama ini, pasokan enzim Indonesia sendiri masih 100 persen diimport dari luar negeri. Padahal Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan enzim tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Terlebih kini penggunaan enzim sangat banyak untuk keperluan sehari hari. Bahkan untuk pasta gigi pun kini telah menggunakan enzim. Sebagai peneliti, Saryono mengangkat judul tersebut kedalam thesis.

‘’Kala itu saya meneliti tentang enzim selulase pada pangkreas bekicot. Setelah itu saya lanjut penelitian mengenai enzim inulinase atau biasa disebut inul yang ternyata banyak terkandung pada umbi dahlia yang tumbuh di Sumatera Barat,’’ papar pria yang telah menulis empat judul buku ini.

Manfaat dari enzim tersebut sangatlah banyak. Antara lain untuk pencernaan dan lainnya. Meski termasuk jarang diteliti, namun hingga kini Ketua Labor Penelitian Biokimia dan Biologi Molekular FMIPA Unri ini masih terus menekuni penelitian tersebut bersama mahasiswa.

‘’Melihat potensi dan prospek ke depan yang begitu besar, penelitian ini harus terus dilanjutkan. Namun saat ini keterbatasan alat juga menjadi kendala. Jika ada bantuan atau kerja sama untuk melengkapi fasilitas lab, kami dengan senang hati menerima dan memaksimalkan bantuan tersebut untuk penelitian,’’ lanjut reviewer penelitian di DRPM Ditjen Risbang Kemenristekdikti ini kepada Riau Pos.

Enzim nyatanya tak jadi satu-satunya fokus penelitian Saryono. Pakar biokimia dan bioteknologi ini juga mengaku tengah fokus terhadap menelitian mengenai bioremediasi.

Bioremediasi sendiri memang bukanlah merupakan sebutan yang umum diperbincangkan.

Bioremediasi ialah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan.

‘’Penelitian ini berangkat dari keresahan saya melihat tumpukan limbah organik dan non organik. Di Unri limbah tersebut sangat banyak, khususnya organik yang berasal dari dedaunan. Namun pengelolaannya masih jauh harapan,’’ paparnya.

Melalui bioremediasi tersebut, ia mengolah limbah organik menjadi biokompos. Ke depan, penulis ‘’Mengenal Gas Beracun dan Reaktif’’ ini berharap tak ada lagi limbah yang terbuang di Unri. Sehingga Unri Zero Waste bisa terwujud.

Selain untuk memberi kontribusi kepada Unri, melalui penelitian tersebut ia juga ingin memberi kontribusi pada daerah dalam pengelolaan limbah. ‘’Beberapa perusahaan besar selama ini limbahnya masih dikelola oleh pihak asing. Padahal Unri mampu melakulan hal tersebut. Tak muluk-muluk, saya ingin Unri ada peran di sana walaupun sedikit,’’ tegasnya.

Perusahaan besar tersebut juga telah menunjukkan keinginan kerja sama dengan Unri.

Nantinya, ia berharap dalam tahun ini kerja sama bioremediasi tersebut terealisasi dan berbuah manis serta bisa benar-benar membantu berbagai pihak.(rnl)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook