LONDON (RIAUPOS.CO) -- Namanya masih tercatat sebagai pemain tercepat di Premier League sampai sekarang. Adama Traore mampu berlari dengan kecepatan 36,9 kilometer per jam. Lebih cepat dibandingkan yang pernah dicatatkan striker Southampton, Shane Long, lima tahun silam. Saat itu kecepatan larinya 35,3 kilometer per jam.
Ternyata, ada rahasia di balik kecepatan lari winger Wolverhampton Wanderers tersebut. Terutama dari kebiasaan pemain jebolan akademi Barcelona, La Masia, itu selama menjalani sesi latihan di Compton, kamp latihan Wolves. Itu seperti diungkapkan kapten Wolves, Conor Coady, kemarin WIB (17/4).
"(Selama latihan), dia sama sekali tidak melatih lengan atau bagian atas tubuhnya selama di gim," ungkap Coady, kepada Sky Sports. Sebaliknya, tambah Coady, Traore lebih banyak melatih otot-otot kakinya. "Dia mencurahkan semua waktunya untuk melatih kekuatan kakinya, yang membuatnya lebih cepat dan lebih meledak," sebut Coady.
Dengan kelebihannya itu, musim ini dia jadi pemain dengan dribble terbanyak di Wolves, dengan 195 dribble. Di Premier League musim ini, Traore hanya kalah dari wide attacker Crystal Palace Wilfried Zaha yang sudah mencatatkan 219 kali dribble dari 29 kali penampilan. Selain di sisi dribble-nya, bagi Wolves Traore juga pemain kontributif.
Tujuh assist-nya menjadikan pemain 24 tahun itu sebagai penyuplai assist terbanyak tim asuhan Nuno Espirito Santo tersebut. Kemampuan yang membuatnya dilirik Liverpool dan juga diinginkan Barca kembali ke Camp Nou. "Semua ini buah dari seberapa keras dia bekerja. Dia adalah salah satu pemain yang paling bekerja keras yang pernah aku lihat. Untungnya, kami bisa memilikinya," ucap Coady yang baru dua musim ini bermain bersama Traore.
Gara-gara kemampuannya itu, Traore ketika masih muda bahkan sempat ditawari untuk bermain di ajang sepakbola Amerika, NFL. Kecepatan larinya bahkan tidak kalah dari sprinter di NFL musim ini, sebut saja Matt Breida. Pemain San Francisco 49ers tersebut dapat mencatatkan kecepatan 35,8 kilometer per jam. Terpaut sedikit bukan?
Konon, kecepatan larinya itu yang membuat pemain asli Catalan itu tak bisa melanjutkan karirnya ke skuad utama Barca. "Dia bakal lebih cocok dengan sepak bola terbuka dan dinamis. Bukan permainan passing-passing pendek ala Barca," klaim Albert Benaiges, salah satu pelatih di La Masia, dalam salah satu artikel di The New York Times.
Selain itu, gara-gara postur besar dan punya kelebihan dalam kecepatan, Benaiges sampai bingung mau menempatkan Traore muda di posisi bermain mana. "Kami tidak terlalu yakin, dia lebih baik bermain sebagai bek kanan atau pemain sayap kanan. Saat dia berusia 18 tahun, kami tahu dia akan jadi pemain hebat. Tetapi kami tak tahu apa yang terjadi," tambah Benaiges, yang sampai saat ini menjabat Koordinator Pembinaan Usia Dini di klub J-League, Vissel Kobe, itu.
Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal