PODSI Riau Tak Berikan Bantuan Hukum

Advertorial | Kamis, 22 November 2018 - 09:30 WIB

PEKANBAR (RIAUPOS.CO) Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Riau dalam waktu dekat belum akan menjenguk korban pencabulan yang diduga dilakukan oleh MA, pelatih kepala dayung Riau. Praduga tak bersalah disebut menjadi alasan.

Pelatih Kepala tim dayung Riau berinisial MA ditangkap jajaran Polresta Pekanbaru Rabu (14/11) kemarin di Jalan Tirtonadi Kecamatan Rumbai. Dia diamankan atas dua laporan pelecehan seksual yang diterima polisi, yakni oleh korban laki-laki BA (12) tertanggal 5 November 2018 dan korban perempuan FW (15) tertanggal 12 November 2018.

Rabu (21/11) kemarin, Ketua Pengprov PODSI Riau Mursini datang ke Polresta Pekanbaru membesuk MA. Ini adalah kunjungan pertamanya sejak MA ditahan usai ditangkap. Pertemuan antara pria yang merupakan Bupati Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) ini dengan MA terjadi di ruang Unit Judisila lantai 3 Polresta Pekanbaru.

Pertemuan sendiri terjadi sebentar. MA datang belakangan mengenakan baju kaos putih dan celana pendek hitam digiring oleh penyidik ke ruang Judisila dari ruang tahanan Polresta. Lima menit berselang, Mursini keluar dari ruangan tersebut.

Mursini didampingi beberapa pengurus menemui wartawan yang sudah menunggu. Awalnya dia menyampaikan keprihatinannya.’’Pertama kita atas nama PODSI Riau prihatin. Kami sekarang menjenguk beliau, bagaimana kondisi beliau. Kita sudah ketemu tadi. Kebetulan ada saudaranya di sini,’’ ujarnya.

Dalam dugaan pencabulan ini, selain korban BA dan FW ada empat korban lain yang kini didampingi oleh P2TP2A Pekanbaru. Mereka adalah M laki-laki 15 tahun, R laki-laki 15 tahun, I laki-laki 11 tahun, C perempuan 15 tahun.  MA pada para korban diduga memanfaatkan posisinya sebagai pelatih dayung untuk melancarkan bujuk rayu. Dari laporan yang diterima polisi, MA menjanjikan akan memberikan para korban uang dan akan dijadikan atlet dayung. Korban yang mengalami trauma terberat mendapat tindak kekerasan seksual adalah BA dan FW.

Terjadinya pencabulan dengan memanfaatkan posisi sebagai pelatih dayung dan mengiming-imingi korban jadi atlet ini memunculkan pertanyaan terkait pengawasan terhadap perekrutan atlet. Mursini saat ditanyakan bagaimana sebenarnya proses perekrutan mengaku tidak tahu banyak.’’Memberi motivasi pada atlet mungkin ada, tapi yang berkenaan di luar itu kami tidak tahu. Tidak sampai ke situ kami (tahu tentang pencabulan oleh MA, red). Kami monitor bagaimana memberikan pelatihan pada atlet,’’ ucapnya.

Untuk MA, PODSI Riau kata Mursini belum memberikan pendampingan hukum.

Karena saat ini pihak keluarga MA sudah memberikan hal itu.’’Tadi kami ketemu dengan yang diberikan keluarga, sementara saya kira cukup yang diberikan keluarga,’’ imbuhnya.  Sementara itu, untuk menjenguk dan menemui pihak-pihak yang menjadi korban pencabulan oleh MA, Mursini menyebut belum akan dilakukan dalam waktu dekat.’’Pada waktunya nanti akan ke sana,’’ kata dia.

Riau Pos sempat menyampaikan pada Mursini tentang sorotan yang diberikan pada PODSI Riau karena terkesan tak peduli dengan nasib para korban. PODSI pada dasarnya tak bisa lepas tangan karena para korban diiming-imingi jadi atlet oleh MA. Kondisi pada korban sendiri saat ini trauma dan memerlukan waktu pemulihan yang lama. Belum lagi, para korban mayoritas berasal dari keluarga yang secara ekonomi sulit.

Mursini ketika ditanyakan tentang ini malah menyebut belum mengetahui siapa-siapa yang menjadi korban.’Kami belum tahu betul siapa korbannya. Kami masih memegang praduga tak bersalah. Biarkan saja proses hukum berjalan. Pada saatnya akan ke sana,’’ jawabnya.  Dia mengklaim rencana itu akan direalisasikan dengan alasan tak mau disangka PODSI membiarkan perbuatan seperti yang dilakukan MA.’’Kami tidak mau juga nanti orang menyangka kita biarkan. Ada korban berikutnya,’’ tambahnya.(lin)

(Laporan M Ali Nurman dan Sakiman, Kota)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook