KUANTAN SINGINGI (RIAUPOS.CO) - Bupati Kuansing H Sukarmis di akhir masa jabatannya terus mengingatkan sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakatnya tentang berbagai hal, baik soal pemerintahan, pembangunan dan hubungan sosial kemasyarakatan maupun soal politik.
Apalagi menurutnya, manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan perlu dukungan manusia lainnya. Kali ini, bupati memberikan pemahaman kepada masyarakat soal praktik politik di tengah masyarakat.
Disampaikannya, bahwa dalam dunia politik ada etika dalam melayani lawan politik yang harus dijaga.
“Berpolitik itu punya etika yang harus dijaga dalam melayani lawan politik,” kata bupati saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Musda IV DPD PAN Kuansing di Telukkuantan, baru-baru ini.
Menurutnya, tidak ada kawan dan tidak ada lawan yang abadi di dunia politik. Dan seketika, menurutnya, kawan bisa menjadi lawan, dan lawan seketika bisa pula menjadi kawan. “Ini harus dipahami, karena sudah banyak contohnya,” katanya.
Berpolitik itu, kata bupati dua periode ini, bukan kehebatan berpidato di atas podium, tapi yang terpenting adalah kesenangan orang mendengar bahasa yang disampaikan oleh seorang politisi.
“Karena bahasa kita belum tentu semua masyarakat menerimanya, apalagi semua gerak-gerik kita akan diperhatikan, mulai dari gaya berpakaian, gaya berjalan, gaya hidup, gaya makan dan lain sebagainya akan diperhatikan, apalagi kesalahan kita,” katanya.
Bahkan dalam politik, menurut politisi senior Golkar ini, kesalahan itu akan dicari untuk menyerang. “Kalau dalam politik ini adalah hal yang biasa, dan jangan terkejut. Inilah praktik politik yang harus kita ambil hikmahnya,” katanya.
Sehingga tidak heran, kata H Sukarmis, orang politik itu kerap jatuh bangun karena politik itu sendiri. “Namun etika berpolitik harus tetap dijaga, karena jatuh bangun dalam politik itu biasa, dan jangan terkejut,” ujarnya.(adv)