BAGANSIAPIAPI (RIAUPOS.CO) - Pasokan minyak di SPBU Batu Empat di jalan lintas Kecamatan, Bagansiapiapi, dapat diibaratkan jerigen bocor. Kenapa demikian, pasalnya cepat habis. Begitu mobil membawa minyak untuk pengisian tiba pada malam atau pagi hari, nah minyak yang harusnya untuk pelayanan pengisian umum sudah habis sebelum tengah hari.
Seperti pantauan wartawan di lingkungan SPBU, Ahad (20/3). Paginya proses pelayanan pengisian umum masih berlangsung, dari tiga pengisian hanya satu saja yang difungsikan untuk umum baik penguna sepeda motor maupun mobil.
Sebaliknya pengisian solar atau bensin untuk pemborong membludak, inilah yang membuat pelayanan bagi penguna kendaraan menjadi terbengkalai bahkan ini juga memicu minyak cepat habis.
Ironisnya, kendati minyak di SPBU kering, di sekitaran atau di sepanjang jalan lintas kecamatan berjejer para penjual minyak yang rata-rata menjual seliter bensin Rp8ribu.
Setiap harinya puluhan pemborong minyak memakai jerigen berjejer mengisi bensin maupun solar di SPBU tersebut. Pihak SPBU berdalih pengisian tersebut untuk keperluan bagi nelayan baik di kecamatan Bangko sendiri maupun kecamatan lainnya seperti kecamatan Sinaboi.
Kenyataannya tidak ada batasan untuk solar nelayan sehingga diduga solar kembali diperjual belikan dengan bebas begitu juga bensin yang dibeli dari SPBU dan dijual dengan selisih harga mencapai Rp1000 sampai Rp2000perliternya. Diduga terjadi permainan mafia minyak dari praktik ini akibatnya konsumen umum yang harusnya mendapatkan manfaat dan dilayani SPBU tidak pernah mendapatkan haknya dengan baik.
Setelah pertemuan pihak BUMD dengan pansus Penyertaan Modal BUMD DPRD Rohil, terungkap selama ini pengelolaan SPBU tidak pernah sesuai dengan sistem Pasti PAS. "Standarnya saja belum jalan, bagaimana meningkatkan statusnya harus pasti pas," kata anggota DPRD Abu Khoiri, Ahad (20/3).
Sejak berdiri pada 2005, BUMD yang mengelola SPBU hanya sekali menyumbangkan pendapatan bagi daerah yakni pada 2014 karena alami surplus Rp400juta lebih.
Sementara pada 2015 pengelola SPBU justeru mengeluh mengalami kerugian Rp200juta lebih salah satunya disebut karena faktor insiden kebakaran kecil saat pengisian bbm.
Bukan hanya itu seperti diterangkan Abu Khoiri, pihak BUMD mengalami loss atau penyusutan kuantitas bbm setiap tahunnya beberapa persen sehingga jika dikonversikan terjadi penyusutan 78ribu liter lebih untuk premium dan 37ribu liter lebih untuk solar.
"Katanya loss atau penguapan yang disebabkan faktor SPBU belum memenuhi standar pasti Pas. Sedangkan untuk pasokan pembelian bbm dalam setahun bisa mencapai 6.310.000 liter untuk premium dan sebanyak 4juta liter lebih untuk solar," katanya.
Dengan kenyataan buruknya pengelolaan SPBU, kerugian yang kerap terjadi, Abu Khoiri minta pemerintah mendapatkan solusi kongkrit atas persoalan tersebut. (fad/adv/dprd)